Kamis, 12 November 2009

PAHAM DASAR PSIKIATRI
Oong djunaidi Dr.SpKj.

I.Pendahuluan.
Ilmu kedokteran jiwa (Psikiatri) merupakan suatu pelayanan medik yang memperhatikan dan mempelajari psikopatologi perilaku(pikiran dan emosi)manusia,
baik dalam keadaan normal maupun saat mengalami gangguan,dan merupakan salah satu spesialisasi ilmu kedokteran.
Tidak berbeda dengan bidang spesialistik lain di bidang ilmu kedokteran;
seperti spesialis mata,spesialis bedah maupun spesialis penyakit dalam,yang merpakan pelayanan medik,sehingga pemeriksaan;pengobatan dan perawatan
psikiatri mempunyai banyak kesamaan dengan tradisi kedokteran pada umumnya.
Namun perlu juga kita kenal bahwa psikiatri merupakan bidang lain
yang terpisah dari ilmu penyakit saraf atau neurologi,mengingat pandangan masyarakat pada umumnya yang sulit membedakan antara gangguan saraf dan gangguan jiwa.
Dimana neurologi juga merupakan spesialisasi ilmu kedokteran yang memeriksa dan mengobati penyakit susunan saraf mulai dari susunan saraf pusat(otak dan sum-sum tulang belakang);urat-urat saraf tepi;susunan saraf otonom sampai ujung-ujung persarafan dalam otot-otot.
Namun psikiatri masih mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu
penyakit saraf;yang menjadi dasar hubungan ini adalah;kesamaan dalam
gejala klinis;seperti kejang-kejang;jenis kelumpuhan;gerakan gerakan yang tak terkendali,gangguan kesadaran dan gangguan panca indera.
Dengan berkembangnya penelitian biokimiawi dan neurofisiologi pada saat ini terbukti,bahwa gangguan transmissi pada susunan saraf dipengaruhi oleh neurotransmitter sebagai media,serta memegang peran dalam menimbulkan gejala-gejala klinis kejiwaan atau khususnya perilaku individu.
Dengan perkataan lain gangguan pada neurotransmitter ini merupakan salah satu konsep penyebab gangguan jiwa.
Sebagai contoh: salah satu konsep etiologi gangguan skizofrenia,teori dopamin sebagai penyebab gangguan; demikian juga neurotransmitter setralin memegang peran pada gangguan depresi atau kecemasan dan lain sebagainya
Dengan demikian dalam pengobatan gangguan psikiatri,digunakan obat-
obat yang dikenal dengan psikofarmaka,dengan mekanisme kerja bersifat antagonis maupun partial agonis terhadap neurotransmitter.
Profesi lain yang juga mempelajari perilaku(mental emosional)manusia diluar ilmu kedokteran adalah psikolog.
Psikolog juga mempelajari perilaku manusia(pikiran,emosi dan
dorongan kehendak),sebagai ilmu pengetahuan tersendiri terlepas dari ilmu kedokteran.
Namun psikiater dan psikolog acapkali bekerja sama,karena psikolog mahir antara lain dalam teknik-teknik istimewa untuk mengukur secara teliti:Intelegensi
(kepandaian),kecepatan berpikir,rangsangan-rangsangan emosi,minat bakat
dan sebagainya dari individu.
Masih ada profesi lain yang mempelajari tingkah laku manusia antara lain tenaga sosial,anthropologi,rohaniawan dan sebagainya,dengan pandangan sesuai
keahlian masing-masing,sehingga dalam ichtiar mengurangi penderitaan manusia karena gangguan perilaku memerlukan kerja sama tim yang terintergrasi satu dengan lainnya.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai ilmu kedokteran jiwa(psikiatri),yang dikemukakan pada siswa pusat konseling kristen Anglikan di Bandung;serta pada mahasiswa kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung sebagai pedoman untuk mengenal dasar-dasar ilmu tersebut.
Sudah jelas penulisan ini tidak sempurna banyak kekurangan, kami mengharapkan kritik yang membangun dari para pembaca,dengan harapan tulisan ini bisa berkembang lebih baik dan dapat dipergunakan sebagai pedoman dasar untuk mahasiswa kedokteran,psikologi dan calon-calon sarjana lainnya yang berkaitan dengan ilmu perilaku manusia.













II.Seajarah Psikiatri,perkembangan dan konsep kedokteran jiwa.
A.Pendekatan spiritual/Religius.
Selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan lainnya,maka konsep teori
dalam ilmu kedokteran khususnya psikiatri turut berkembang sesuai dengan
kemajuan.
Pada zaman spiritual mencapai keemasaannya dimana konsep jiwa dan fisik masih
dipandang sebagai dua hal yang terpisah satu sama lain.
Penyakit dimengerti akibat pengaruh eksternal(lingkungan luar) atau akibat perilaku yang tidak baik,atau sebagai hukuman akibat perbuatan melanggar kehendak pencipta,a pada gangguan tingkah laku dan emosi.
Dan yang kita kenal sebagai gangguan jiwa sekarang dikatakan;disebabkan perbuatan setan atau kerasukan yang diobati secara spiritual(berdoa,atau ritual keagamaan).
B.Pendekatan Intelektual.
Pendekatan secara intelektual dimulai sejak zaman Yunani kuno dimana; Hipocrates,Aristoteles,Plato dan Socrates melalui penelitiannya menemukan adanya hubungan yang erat antara jiwa dan fisik.
Theodore Brown menyatakan komponen dasar teori kedokteran klasik adanya hubungan yang erat antara faktor emosional;seperti marah,takut,
kegembiraan,dorongan keinginan yang kuat,pikiran yang tak masuk akal,maupun kasih sayang dengan kondisi fisik tertentu.
Pada dasarnya faktor mental-emosional(pola pikir-alam perasaan) memegang peranan dalam pathogenesa suatu penyakit,apakah penyakit fisik,
dan khususnya gangguan jiwa.
Beberapa konsep teori yang dkemukakan para akhli adalah;
a.Teori psikoanalitik.
Menurut Freud dengan topografi jiwa terdiri Id,Ego,dan super Ego yang menemukan kasus kelumpuhan dan kebutaan psikologis;mempunyai makna tertentu dalam proses kejiwaan seseorang.
Proses tersebut menggambarkan;ekpresi simbolik,dimana konflik emosional yang tak disadari diekspresikan dalam bentuk gejala somatik,atau yang lebih spesifik dalam gangguan
perilaku tertentu.
b.Psikodinamika lainnya.
Kemudian penganut neo-Freudian mengembangkan penelitiannya;ekspresi konflik ini terutama akan mempengaruhi susunan saraf otonom seperti pada gangguan saluran pencernaan,contoh pada ulkus peptikum,colitis ulcerativa dan lainnya.
Franz Alexander (1934, 1968):pakar psikosomatik mengemukakan ;bahwa gejala-gejala psikosomatik terutama terjadi organ-organ yang dipersyarafi susunan saraf otonom dan tidak mempunyai makna tertentu pada proses kejiwaan,namun ada kaitan yang erat antara faktor emosional dan keadaan fisik seseorang.(fungsi organ-organ tertentu seperti misalnya hyperfungsi atau hypofungsi dari organ,bila berkepanjangan akhirnya akan menganggu struktur organ).
Perkembangan penelitian selanjutnya para pakar mengemukakan bahwa gambaran kepribadian berkaitan dengan penyakit psikosomatik atau kondisi fisik (penyakit yang terjadi akibat pengaruh emosional),misalnya kepribadian type A dengan penyakit jantung coroner atau infark myocard.
Dari segi psikologi dan sosial diungkapkan trauma-trauma pada saat kelahiran,masa kanak-kanak,hambatan tumbuh kembang sebagai predisposisi untuk mengalami gangguan jiwa.
c. Psikofisiologik.
Hubungan psikologik dan fisiologik memegang peranan penting dalam ilmu kedokteran,dimana fenomena psikologis akan mengakibatkan perubahan fungsi organ-organ tersebut.
Para peneliti menemukan adanya suatu perubahan fisiologik bersamaan dengan berubahnya kondisi emosi seseorang;dimana susunan saraf otonomik memegang peranan yang penting dalam reaksi ini.
Harold Wolff (1943) berusaha menghubungkan kehidupan menegangkan dengan reaksi fisiologik;berupa hyper atau hipofungsi suatu organ,dan menyatakan;perubahan fisiologik yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan struktur dari organ;hal ini merupakan suatu pola dasar pada penelitian psychoimmunology,psychocardiology dan psikoendokrinologi.
Hans Selye (1945),dengan dengan konsep general adaptation sindromnya menyatakan bahwa hormon cortico adrenal memegang peranan penting dalam mempengaruhi kondisi fisik.
Hans Selye's menyatakan adanya tiga fase dalam fenomena stress yakni:
(1) Reaksi alarm ;
(2) Fase resistence ,dimana proses adaptasi secara ideal sedang berlangsung;dan
(3) fase exhaustion /kelelahan,dimana adaptasi atau resistence hilang akan terjadi suatu disfungsi organ.
Dengan konsep ini Selye's menggambarkan adanya interaksi antara kekuatan eksterna disatu pihak dan reaksi organisme dipihak lain.
d. Sosiokultural
Para peneliti di bidang sosio-kultural menekankan bahwa gangguan
jiwa dipengaruhi oleh faktor kebudayaan.
Pemikiran mereka tentang kebudayaan mempengaruhi perilaku ibu atau pengasuh yang selanjutnya akan dialihkan pada anak.yang diasuhnya.
Faktor psikososial berpengaruh sebagai stressor atau perantara dalam menentukan kepekaan terjadinya gangguan kejiwaan.
e. General Systems theory
Berdasarkan hal-hal tersebut Adolph Meyer (1958) memformulasikan suatu pendekatan yang bersifat bio-psycho-sosial dimana diperlukan penilaian yang terintegrasi antara perkembangan biologis-psikologik-sosial.
Hal ini merupakan konsep dasar pendekatan secara biopsikososial.
Zbigniew Lipowski (1970);Suatu pendekatan yang menyeluruh diperlukan dalam menilai gangguan mental emosional khususnya penyakit psikosomatik (dikenal sebagai pendekatan Holistik).
Termasuk faktor eksternal dan internal seperti:ekologi,infeksi,kultural dan lingkungan emotional, genetik,somatik,dan konstitusional.
George Engel (1977) memperkuat pernyataan istilah"biopsychosocial" merupakan derivat dari general systems theory and berdasarkan gagasan dari Alexander dan Meyer.
Leon Eisenberg (1995) pada penelitian psikiatrik mengemukakan;
rangsangan jiwa(mind/brain),memberikan respons secara biologik,dan faktor sosial ikut mengambil bagian dalam terjadinya suatu penyakit.
Beberapa penyakit yang berhubungan erat dengan faktor mental emosional adalah;essential hypertension, rheumatoid arthritis, thyrotoxicosis, peptic ulcer, ulcerative colitis, bronchial asthma, dan neurodermatitis.
Namun dalam hal juga perlu diperhatikan faktor kepekaan biogenetik dan pengaruh lingkungan sosial.
f.Pendekatan konsep psikiatri saat ini.
Adolph Meyer;melalui pendekatan yang bersifat terintegrasi antar jiwa,fisik dan sosial,ia mempelajari proses psikologis,biologis dan sosial sebagai suatu interaksi yang
dinamis.
Pendekatan pada setiap pasien bersifat menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan yakni;aspek tumbuh kembang,psikologik, sosial,lingkungan dan fisiologik.
Para ahli lainnya menyatakan bahwa type kepribadian tertentu mempunyai predisposisi untuk penyakit tertentu misalnya kepribadian type A untuk penyakit-penyakit coroner/penyakit pembuluh darah.
Teori mengenai stress dari Hans Selye merupakan inti dari teori psikosomatik saat ini,dengan beberapa faktor yang memegang peranan seperti:
a.realitas stress yang dihadapinya,
b.kemampuan kognitif individu dalam menghadapi stress,serta
c.respons dari organ-organ yang peka terhadap penyakit tersebut.
Beberapa stresor yang dianggap bermakna dalam menentukan berat ringannya stress adalah;
-kematian keluarga dekat,
-perceraian,
-perubahan pekerjaan,
-bencana alam,
-kemiskinan serta
-lingkungan yang tidak mendukung,mempunyai kecenderungan untuk mengalami gangguan ini.(psikosomatik).
Dari penelitian epidemiologi terbukti bahwa stressor tersebut menyebabkan penyakit fisik dan juga mempengaruhi prognosa penyembuhan penyakit yang kurang baik.
g.Perubahan fisik/fungsi organ yang terjadi:(penelitian pada binatang
percobaan.)
Dari hasil penelitian pada kera ditemukan bahwa pemisahan selama masa tumbuh kembang akan menimbulkan:
a.Fase agitasi dimana terjadi peningkatan denyut jantung,dan suhu tubuh,hal ini ditandai oleh adanya aktivasi sistim simpatik beta-adrenergic dan respons adrenocortical dengan peningkatan konsentrasi serum kortisol darah.
Selanjutnya akan diikuti;
b.fase kedukaan/kekecewaan;mengakbatkan penurunan sistim beta-adrenergic pusat maupun perifer,dimana tipe depresive ini secara klinis akan merubah ritme circadian dan ritme tidur,meningkatnya arritmia serta menurunnya immunitas organisme.
Pada depresi juga ditandai meningkatnya aktivitas para simpatis;reaksi tersebut didiskripsikan sebagai suatu reaksi homeostasis pada fase agitatif akibat pemisahan yang dialaminya.
Fenomena tersebut mempunyai hubungan dengan reaksi sistim biogenic amine,karena dengan pemberian pharmakologi imipramine(tofranil)reaksi pemisahan tersebut berkurang.
Pada saat organisme mengalami stress;terjadinya aktivasi sistim simpatik adrenergic dan respons adrenocortical melalui aksis H.P.A(Hypothalamus,Pituitary dan
adrenal)dengan meningkatnya serum kortisol dalam darah.
C.Kearah pandangan integral fungsi manusia.
Psikiatri modern saat ini khususnya psikiatri di Indonesia telah memasukkan
kedalamnya unsur-unsur psikologi kedokteran,sosial dan kultural,sehingga memandang manusia dalam tiga aspek penting seperti:
1.Segi organobiologik(medical organobiologik):seperti sistim hormonal,
immunitas,kardiovaskuler,pencernaan dimana kontribusi neuro sciences memegang peran.
2.Psikologi kedokteran;dimana proses pikir,alam perasaan dan dorongan kehendak yang menjelma dalam tingkah laku individu.
Kontribusi psikodnamika lainnya dalam tumbuh kembang;proses belajar;disertai pengalaman-pengalaman yang akan membentuk kepribadian dikemudian hari.
3.Segi interaksi sosio-kultural memegang peran yang tidak kalah pentingnya. Pendekatan demikian memerlukan suatu kerja sama yang erat antara pelbagai cabang ilmu;baik kedokteran,perawatan dan ilmu diluar kedokteran antara lain ilmu sosial,ilmu pendidikan,ilmu kriminal,ilmu keagamaan dan sebagainya.
Sehingga semua ichtiar diagnosa dan terapi haruslah memperhatikan ketiga segi tersebut berdasarkan suatu sikap “EKLEKTIK”yakni suatu sikap yang mau menerima fakta dan kenyataan dan ada hubungannya dengan penderitaan manusia yang kita hadapi itu.
Sejalan dengan hal itu semua ichtiar diagnosa dan terapi haruslah pula berdasarkan sikap “HOLISTIK” yakni suatu sikap yang bersungguh-sungguh hati dalam memandang keseluruhan daya dan tenaga manusia sebagai seorang individu yang unik dalam perjuangannya untuk kesembuhan dan kesehatan jasmani dan jiwa
yang sesempurnanya.
Dalam pandangan “eklektik holistik” ini,wajarlah kita memandang inividu dalam dimensi :multidimensional dan multifaktorial yakni secara organobiologik,psikologik dan sosio-kultural.
Namun tergantung pada keadaan yang kita hadapi,maka haruslah kita pandai-pandai memperhatikan dimensi mana yang kita anggap terpenting dalam menjaga kelansungan hidup individu.
Perlu juga kita,ketahui bahwa seorang pasien harus menaruh kepercayaan dan keyakinan kepada dokternya atau konselornya jika hendak sembuh dari penyakit yang dialaminya,dan sebaliknya seorang dokter hanya dapat mencetuskan kepercayaan itu,bila ia menguasai sendi-sendi teori dan cara-cara praktek untuk menumbuhkan kepercayaan itu.
Teori dan praktek hubungan dokter – pasien merupakan inti dari proses perkembangan kepercayaan pasien pada dokternya.
Dalam hal ini pasien harus diberikan kesempatan seluas-luanya untuk mengemukakan segala keluhannya,sedangkan dokter harus pandai mengambil intisari dan menyusunnya dalam suatu formulasi yang kemudian dapat digunakan
sehingga pasien dapat mengambil makna yang sebesar-besarnya.
Maka sebagai seorang dokter atau konselor sepatutnyalah kita menjunjung tinggi dan menghormati semua sifat kemanusiaan yang tersimpul pada individu.
III.Paham-paham yang dasar yang penting dalam psikiatri.
Dalam ilmu psikiatri kita menggunakan istilah-istilah yang masing-masing mengandung arti yang khas berlaku untuk ilmu tersebut.
Perlu dikemukakan disini bila kita mencampur adukan istilah arti populer dan arti psikiatrik,maka akan timbul salah paham tentang apa yang dimaksud,sehingga sulit untuk dimengerti apa maksud kata semula,oleh karena itu perlu ditandaskan bahwa yang akan kita bicarakan ini adalah istilah-istilah ilmu psikiatrik yang hanya berlaku bagi ilmu itu.
Maka untuk mengenal llmu psikiatri,maka perlu kiranya kita mengenal arti spesifik dari masing-masing istilah tersebut.
Perlu juga kami kemukakan disini,istilah itu berkaitan sangat erat satu sama lainnya(bersifat kompleks)dengan pembatasan yang tidak tegas,untuk memudahkan pengertiannya istilah tersebut dipisahkan satu dengan lainnya,dengan harapan memudahkan dalam pengertian.
Dalam pemeriksaan psikiatrik mengharuskan kita mengemukakan tanda-tanda klinis(Clinical sign) dan gejala klinis(symptom klinis) yang kemudian dihimpun sedemikian rupa sehingga merupakan suatu suatu kumpulan gejala yang khusus dikenal sebagai sindroma;yang memungkinkan kita menegakkan suatu diagnosa
gangguan tersebut.
Tanda(=sign)klinis adalah suatu temuan obyektif yang ditemukan oleh pemeriksa seperti adanya perlambatan motorik atau afek datar,sedangkan gejala(simptom)adalah pengalaman subyektif yang dialami individu biasanya berupa keluhan seperti rasa lesu atau perasaan yang tertekan.
Pada kesempatan ini akan dikemukakan paham-paham dasar yang sering dikemukan dalam membicarakan kasus-kasus psikiatri,yang tercantum sebagai dalam status psikiatrikus.
Mengingat definisi Ilmu kedokteran jiwa atau psikiatri adalah:
Spesialistik ilmu kedokteran yang memperhatikan dan mempelajari segala
aspek mental( atau alam pikiran);aspek emosi(alam perasaan)dan gangguan tingkah laku(alam perbuatan),baik dalam keadaan normal maupun terganggu serta berusaha meringankan penderitaan individu.
Dalam praktek,ilmu psikiatri ini meneliti kejadian penyakit(genesis);
pemastian jenis penyakit yang dialaminya(diagnosa);ichtiar pengobatan dan
pencegahan dari segala macam gangguan emosional,gangguan mental dan gangguan tingkah laku(alam perbuatan atau behaviour) disertai berusaha agar individu yang mengalami gangguan semacam itu dapat dipulihkan kembali atau setidak-tidaknya taraf kualitas kehidupannya ditingkatkan.
Untuk mengenal lebih jauh mengenai ilmu kedokteran jiwa jelaslah kita harus mengetahui mengenai apakah sebenarnya “JIWA’itu?.
1.Jiwa.
Dalam bidang psikiatri jiwa merupakan manifestasi dari unsur-unsur;
alam proses pikir,alam perasaan dan dorongan kehendak(naluri) yang dapat
kita kenal dari perkataannya serta perbuatannya.
Dengan lain perkataan jiwa merupakan tindakan yang menjelma melalui fungsi tubuh.
Perkembangan pandangan jiwa dalam fenomenologi psikiatri:
Pandangan psikodinamika;
Pada permulaan dan pertengahan abad ke dua puluhan para pakar seperti;
Adolf meyer,Alfred Adler,Carl G Jung,Franz Alexander dan lain sebagainya,
Dimana neuroscience masih belum berkembang seperti sekarang,
etos psikiatri menggunakan observasi pengetahuan klinis untuk
mengembangkan teori yang mendukungnya bukan hanya dalam psikopatologi,tetapi perilaku manusia secara keseluruhan.
Walaupun demikian mereka tidak meragukan bahwa,semua fenomena ini mempunyai dasar materiel(fisiologi)dari susunan saraf.
Umumnya mereka menyadari bahwa pengalaman,proses pikir dan perasaan
berasal dari fenomena situasi materi,namun sulit dibuktikan,sehingga para pakar memandang jiwa hanya dari segi psikologis saja.
Oleh karena pada zaman itu mereka gagal menerangkan suatu fenomenologi psikologis berdasarkan penyebab fisiologik.Dengan perkembangan teknologi terjadi perkembangan dalam neuroscienes,sehingga timbul pandangan-pandangan baru:
Pandangan psikobiologi:
Perkembangan teknologi kedokteran memberi dampak positif pada perkembangan neural sciences;neuropsychiatry dan behavioural neurology.
Merupakan nara sumber perilaku yang normal dan gangguan jiwa dari segi
psikobiologi.
Psikobiologi ini merupakan gambaran bahwa emosi,kemampuan kognitif,dan perilaku digambarkan sebagai fungsi dari substansi otak(susunan saraf pusat)
Neuropsychiatri khususnya memandang kelainan neurologik yang klasik;lesi
disusunan saraf pusat mengakibatkan gangguan alam perasaan,kognisi dan
perilaku.
Neurotransmitter.
Dengan kemajuan teknologi saat ini,konsep teori psikiatri bergeser kepada
pandangan baru,teori transmisi neurotransmitter dimana kerusakan
sistim limbik (atrofi hipocampal) mengakibatkan gangguan jiwa,sehingga dapat dibuktikan bahwa depresi,anxietas dan gangguan jiwa lainnya merupakan suatu
penyakit bukan akibat pengaruh psikologik dan sosial saja.
Sehingga pengobatannya memerlukan obat-obat(psikofarmaka) disamping
tindakan psikologik,sosial dan spiritual.
Seperti kita ketahui neurotransmitter(neuromodulator) merupakan substansi otak
yang dibagi dalam:
empat klasifikasi besar:Monoamin,asam amino, neurotransmitter peptida dan
neurotropins(juga dikenal sebagai neurotrophics).
Neurotransmiter lainnya tidak termasuk klasifikasi ini,seperti gas nitric oxid
dan neurotransmiter yang berkaitan dengan purine adenosine dan adenosinetriphospat(ATP).
Tiap sel neuron mempunyai kemampuan untuk membentuk dan melepaskan
multiple neuromodulator atau neurotransmiter dari berbagai tipe dan
subtipe,demikian juga mempunyai reseptor dari berbagai tipe dan subtipe,
sehingga tiap neuron mempunyai kemampuan intergrasi secara halus dengan
setiap stimulus.
Neurotransmiter monoamine mempunyai lima tipe serotonin,
tiga cathelolamine(epinephrine,nor epinephrine dan dopamin),
acethyl cholin dan histamine.
Dengan lain perkataan jiwa dapat dikatakan sebagai fungsi dari substansi otak ini.
2.KEPRIBADIAN(PERSONALITY).
Dalam memperhatikan dan mempelajari tingkah laku seseorang,secara
umum sering dikatakan;orang itu sifatnya demikian,sulit untuk dirubah?
Apakah yang sebenarnya dimaksud dengan sifat tersebut?
Dalam psikiatri sifat,dikenal sebagai kepribadian.
Kepribadian adalah:segala corak kebiasan individu yang terhimpun didalam dirinya,yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap rangsangan (stimulus);baik yang datang dari dunia luarnya(lingkungannya),maupun dari dalam
dirinya sendiri(dunia dalamnya),sehingga corak dan kebiasaannya itu merupakan
suatu kesatuan fungsional yang khas untuk individu tersebut.
Kepribadian inividu yang satu berbeda dari individu yang lainnya oleh
karena dipengaruhi faktor-faktor:
· Biologis.
· Psikologis dan
· Lingkungan sosial-kulturalnya.

3.KESADARAN(CONSCIOUSNESS).
Kesadaran adalah :
Fungsional dari individu untuk mengadakan relasi(hubungan)dan limitasi (membatasi hubungan itu)terhadap dunia sekelilingnya seperti yang tertangkap oleh pancaindera.
“Dengan lain perkataan kesadaran merupakan pengenalan terhadap diri sendiri(the self)dan lingkungan sekitarnya.”
Oleh sebab itu,kesadaran merupakan suatu daya kemampuan fungsional individu sampai taraf mana ia dapat mengetahui dan menafsirkan dirinya sendiri serta lingkungannya.
Perlu dicatat disini bahwa lingkungan sekitar disini terdiri dari manusia,benda atau faham(pendapat),sehingga banyak kaitannya dengan kemampuan individu dalam perhatian(attention),proses pikir dan persepsi.
Dalam pemeriksaan psikiatri terdapat beberapa kriteria secara umum untuk menentukan taraf kesadaran individu.
· Kesadaran yang baik
· Kesadaran merendah.
· Kesadaran berubah.
*kesadaran yang baik;
Kondisi dimana ia dapat mengetahui dan menafsirkan dengan tepat,
serta secara halus dan terperinci segala hal yang terjadi didunia sekelilingnya.Mengenal tentang waktu,tempat dan orang sekitarnya.

*kesadaran merendah:
Kondisi dimana individu tidak atau kurang mampu mengadakan relasi dengan
atau limitasi terhadap dunia sekelilingnya.
Ia kurang menyadari atau tidak sadar dengan dunia sekelilingnya,dimana orientasi terhadap waktu,tempat dan orang kurang memuaskan atau sama sekali tidak baik.Pada keadaan ini pancaindera tidak dapat berfungsi dengan
baik atau sama sekali tidak berfungsi.Keadaan demikian umumnya disebabkan oleh intoksikasi baik bersifat kimiawi(obat-obatan)atau infeksi.
Tahap-tahap kesadaran merendah :
· Sommnolentia:seolah-olah seperti dalam keadaan tidur,namun masih dapat bereaksi dengan stimulus yang cukup kuat,tanpa dapat bangun sepenuhnya.
· Sopor :individu dapatbereaksi dengan stimulus yang kuat,kesadaran lebih rendah lagi.
· Coma;hilangnya semua kemampuan untuk bereaksi terhadap stimulus.
Merendahnya kesadaran juga kita jumpai pada berbagai keadaan yang dikenal dengan:”delirium”
Keadaan ini merupaka kondisi dimana penurunan kesadaran individu terjadi secara mendadak(akut),disertai kegelisahan yang bisa ringan sampai berat,
Kehilangan koordinasi gerakan motorik,bahkan adanyahalusinasi pendengaran atau halusinasi lainnya.
Pada umumnya keadaan delirium ini diakibatkan kelainan organobiologik pada susunan saraf pusat,seperti intoksikasi(keracunan),infeksi bakteriel maupun virus,bahkan pada kelelahan yang berat dapat terjadi hal demikian.
*Kesadaran yang berubah:
Adalah suatu kondisi dimana individu tidak mempunyai kemampuan daya orientasi(mengenal) dengan baik,dalam waktu jangka waktu yang cukup lama.
Hal ini biasanya kita jumpai dalam semua keadaan psikotik(gangguan jiwa yang berat)dimana keadaan individu tidak bisa menguasai sepenuhnya keadaan sekelilingnya,pada situasi ini tidak menunjukkan kesadaran yang merendah;biasanya orientasi terhadap waktu tempat dan orang baik,keadaan
Ini dikenal dengan:gangguan kesadaran tanpa merendahnya kesadaran.
Gejala kesadaran berubah ini juga kita dapatkan pada keadaan epileptik,
terutama epilepsi psikomotor.Dimana individu mengalami suatuu kesadaran
yang berkabut;dalam keadaan demikian individu masih dapat menyebut namanya sendiri atau alamatnya tetapi selanjutnya orientasi terhadap lainnya
sangat meragukan.
· Ada kalanya penderita dengan kesadaran berkabut ini dapat berjalan jauh atau naik kendaraan namun tak mengenal situasi dalam perjalanan tersebut,
dan setelah ia sadar sendiri selah-olah bangun dari keadaan tidur mengapa saya ada disini?Sehingga dapat dikatakan pada individu tersebut ia melakukan tindakan tanpa disadari sepenuhnya.

4.ALAM PERASAAN .(Hidup emosi dan keadaan Afektif)
Paham alam perasaan dalam psikiatri dibedakan :
· Keadaan affektif dan
· Emosi.
Kedua istilah ini berbeda satu sama lainnya:
· Keadaan affektif atau suasana perasaan:
Keadaan affektif: merupakan corak perasaan yang sifatnya menetap (konstan)dan biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Dalam bahasa inggris disebut”mood”adalah suatu kondisi perasaan gembira atau sedih.
Pada umumnya perasaan individu sesuai dengan keadaan lingkungan atau alam sekitarnya,ia akan tertawa ketika mendengar orang menceritakan lelucon,atau marah bila ada pencuri masuk rumahnya dan juga kebingungan bila melihat atau mendengar orang yang disayanginya mengalami musibah;perasaan itu kita terima sebagai hal yang selaras.
Namun bila individu tersebut tertawa sendiri atau marah tanpa sebab atau bila berulang-ulang bertindak demikian,kita akan mengatakan bahwa ia mengalami tanda-tanda yang aneh atau sebagai salah satu gejala klinis dari suatu gangguan jiwa.
Dalam keadaan normal,keadaan affektif ini tidak memperlihatkan kelainan-kelainan yang menyolok baik dalam intensitas(kwalitasnya) maupun dalam kelangsungannya.


Dalam gangguan jiwa kita akan menjumpai berbagai keadaan
Affektif seperti:
a.hyperthymia;euphoria,hypomania dan mania).
b.hyphothymia(depresi)
c.poikilothymia(keadaan affektif yang berubah-ubah).
d.dysthhymia(keadaan affektif dengan irritabilitas yang meninggi)

a.Keadaan affektif hypherthymia
Adalah suatu kondisi dimana individu memperlihatkan keadaan affektif diluar batas,seolah-olah ia berbesar hati(gembira yang berlebihan) tanpa sebab yang obyektif.
Situasi ini dapat kita gradasikan sebagai berikut :
i.euphoria :rasa kesejahteraan atau kebahagiaan yang meningkat(“well being”).
Bila kegembiraan tersebut diperlihatkan tidak sesuai dengan situasi yang obyektif,maka merupakan suatu kelainan dari affektif misalnya:individu yang mengalami suatu penyakit somatik berat,tetapi memperlihatkan kegembiraan
diluar batas;seolah-olah tidak terjadi sesuatu pada dirinya atau menganggap ringan penyakit pada dirinya dengan maksud untuk menggembirakan mereka
yang merasa khawatir terhadap keadaan dirinya.
ii.eksaltasi ;
Kondisi dimana individu mempunyai keyakinan yang amat berlebihan seringkali terpusat pada rasa pikiran-pikiran kebesaran tertentu tentang dirinya sendiri.
iii.ekstasi ;
Kondisi dimana individu seolah-olah mengalami suatu kenikmatan yang intens(mendalam)sekali diserati rasa puas.
Individu seolah-olah terlepas dari masalah-masalah keduniawian;meningkat kedalam taraf kehidupan yang lebih tinggi dan nikmat.Biasanya kejadian ini berkaitan dengan keyakinan pribadi,keagamaan atau kebatinan yang intens.
iv.maniakal atau manik :
Kondisi yang berlebihan seperti tindakan(perbuatan),pikiran;perasaan jauh dilaur batas normal,seolah-olah mengalami overproduksi,namun tidak memperlihatkan ketelitian dan kesaksamaan namun tiap tindakannya tidak diselesaikan dengan sempurna.
b.Hyphothymia(keadaan affektif yang merendah) :
Adalah suatu kondisi dimana terjadi hambatan bukan saja dalam affektif namun juga dalam pikiran,tindakan dan juga dorongan kehendak.
Sehingga dapat dikatakan terjadi kemerosotan dalam segala bidang tingkah laku.

c.Poikilothymia (keadaan affektif yang berubah-ubah)
Kondisi affektif dari ekstrim yang satu ke yang lainnya,misalnya gembira sekali menjadi tiba-tiba sedih atau menangis,melucu tiba-tiba menjadi marah-marah dan sebagainya.
d.keadaan affektif yang dysthymia(Keadaan affektif yang irritabel)
Kondisi dimana individu mudah tersinggung,pemarah dan bersifat egosentrik serta kaku dalam pergaulan.

· Hidup emosi atau hidup perasaan.
Hidup emosi(reaksi emosi)adalah corak perasaan yang sifatnya dapat berkembang pasang surut,serta tejadi dalam waktu yang relatif singkat.
Biasanya reaksi emosional ini mengandung komponen fisik(jasmani)
seperti adanya peningkatan tekanan darah,jantung berdebar,keringat yang berlebih,aktivasi sistim muskulatur serta sistim pencernaan(aktivasi sistim vegetatif).
Keadaan yang perlu diperhatikan dalam menilai reaksi emosional ini
adalah:
a.Stabilitas emosi.:ketetapan dalam bereaksi.
Sebaliknya dapat kita jumpai labilitas emosi(tidak stabil) seperti:mudah terharu,mudah gembira,mudah sedih dan juga lekas terhibur dan sebagianya.
Keadaan demikian ini disebut (hyper)-sugestibel mudah terbawa oleh kesan atau saran.
b.Pengendaliannya.
Bisa overkontrol atau berlebih tak terguncang oleh rasa sedih atau gembira.
c.echt atau unecht.
Hidup emosi bersifat ‘”Echt atau Unecht”;
Echt adalah hidup emosi yang sungguh-sungguh,dimana pemeriksa mempunyai kesan bahwa ekspresi emosi individu bersifat sungguh-sungguh
dimana ekspresi emosi tersebut dihayati dan dialami sungguh-sungguh.
Sebaliknya adalah unecht bersifat tidak sungguh-sungguh seolah-olah suatu sandiwara kecil saja,hidup emosi yang unecht biasanya kita dapati pada penderita yang mempunyai kepribadian hysterik.
d.Emphaty ;
Kemampuan dari individu untuk turut merasakan hidup emosi individu lainnya.

e.Dalam dan dangkalnya hidup emosi;
Dalam keadaan normal seorang individu dapat merasakan semua peristiwa seobyektif mungkin.
Pada mereka yang mengalami gangguan stabilitas hidup emosi,dalam dandangkalnya dapat berlaku ekstrim.Misalnya mereka yang mempunyai hidup emosi yang terlalu dalam hal-hal yang bersifat biasa ditanggapi dengan mendalam atau sebaliknya.
Pada mereka ini biasanya mengalami suatu gangguan yang dikenal dengan kelainan psikopatik,kelainan degeneratif organik atau psikotik.
f.Skala diferensiasi.
Dalam hal ini dapat dikatakan luas atau sempitnya hidup emosi individu dalam merasakan peristiwa yang terjadi;dan biasanya berkaitan dengan pendidikan intelektualnya serta kematangan kepribadian.
Makin tajam skala diferensiasi individu mampu menangkap dan menghargai abstraksi atau kiasan(simbolik) bukan yang konkrit saja.
g.Arus emosi.
Arus emosi ini seolah-olah mengalir melalui suatu arus tertentu,dalam keadaan normal terjadi secara cukup cepat dan lincah.Sebaliknya yang lambat atau menetap menunjukkan suatu kelainan tertentu.
Soal emosi dan afek ini memang merupakan suatu yang sulit untuk dibedakan dengan tegas.
5.PROSES PIKIR.
Proses pikir adalah proses intra psikik yang meliputi pengolahan dari pada pelbagai gagasan atau paham,dengan jalan membayangkan;memahami;
membanding-bandingkan serta menarik kesimpulan,sehingga terbentuk suatu paham baru.
Proses pikir bagi individu merupakan hal yang penting,karena melaluai proses berpikir ini terjadi pengolahan dari berbagai situasi untuk menentukan sikap
dan dan tingkah laku dikemudian.
Dengan lain perkataan proses pikir itu dapat dikatakan sebagai usaha persiapan untuk tindakan(perbuatan)dikemudian.
Hal-hal yang berhubungan erat dengan proses pikir individu adalah:
· Intelegensi.
· Pendapat(Judgement).

Intelegensi atau intelektual.
Intelegensi adlah kemampuan individu untuk memperoleh penyelesaian-
penyelesaian secara effektif dan effisien dalam situasi kehidupan yang berubah-ubah.Atau dpat juga dikatakan sebagai kemampuan individu untuk menerima dan mencerna pengetahuan atau pengalaman praktek baik formal maupun non formal
yang diperolehnya sepanjang hidupnya
· Dlam pemeriksaan psikiatrk kita berusaha untuk menggolongkan intelegensi seseorang kedalam:
· Taraf superior
· Taraf normal(sebagai rata-rata umumnya.
· Taraf subnormal termasuk didalammnya:
o Terbelakang.
o Debilitas.
o Imbecilitas
o Idiot.
Pendapat(Judgement).
Pendpat atau judgement adalahsuatu kemampuan individu untuk mengichtiarkan suatu identifikasi realistik(pemastian berdasarkan kenyataan)disertai evaluasi realistik dari pada berbagai paham dan peristiwa,dengan masingmasing variabelnya serta mengusahakan relasi dan limitasi antara faham-faham tersebut.
Pada pemeriksaan psikiatrik dibedakan:
· Pendapat global atau pendapat universal.
Merupakan pendapat yang sudah diketahui oleh semua individu tanpa dipelajari secara khusus seperti:
Hal-hal menurut sopan santun atau etika dalam pegaulan.:
Misalnya bolehkah orang mencuri.?
Bolehkah orang memukul isterinya?Jadi merupakan hal-hal yang bersifat non kritis dan otomatis.
· Pendpat khusus atau spesifik.
Pendapat yang memerlukan agak kritis,menentukan suatu pendirian,walaupun dirinya mungkin tak tersangkut:
Perbedaan antara bohong dan chilaf.
Perbedaan antara fanatisme dan keyakinan sehat?
Perbedaan antara ketakutan dan kekhawatiran dan sebagainya?
· Pendapat pribadi dan pendapat personal:
Pendapat tentang diri sendiri dan penginsyafan penyakitnya(insight of illness)?diskriminatif insight.

Dalam pemeriksaan proses pikir kita perhatikan :
· Kecepatan(Tempo) proses berpikir.
· Kelangsungan (continuity)proses pikir tersebut.
· Isi proses pikir.dan
· Bentuk proses pikir

Tempo(kecepatan)pikir/Arus pikir.
Kecepatan proses pikir normal seperti suatu pembicaraan yang dapat dimengerti,mempunyai mutu yang cukup dan tidak terhambat atau terlalu cepat.
Gangguan Kecepatan(Tempo)arus pikir yang sering ditemukan :
a.Flight of ideas:
Dalam hal ini arus pikir cepat, yang satu mengikuti yang lainnya,umumnya dengan arah tak menentu,koneksi satu sama lainnya tak jelas akibat perubahan-perubahan rangsangan luar atau dalam dirinya dengan lain perkataan mudah dialihkan;namun masih dapat dimengerti.
Gangguan ini dapat terjadi pada gangguan maniakal;pada skizofrenia yang mengalami eksaserbasi,dan pada kelainan susunan saraf pusat terutama bila terjadi lesi daerah hypothalamus.
b.Penghambatan atau retardasi berpikir.
Arus pikir menjadi lambat,disertai gagasan dan bayangan mental menjadi menurun.
Dalam keadaan demikian individu sulit membuat keputusan,kurangnya konsentrasi,perhatian menyempit dan hilangnya kejernihan berpikir.
Pada keadaan demikian individu akan mengeluh hilangnya daya ingat,dan adanya sensasi yang sulit dibedakan apakah gejala fisik atau mental,kemiskinan intelektual ini biasanya mengakibatkan salah diagnosa apakah depresi atau dementia.
Gejala penghambatan pikiran ini biasanya khas pada depresi,namun perlu juga kita ingat bahwa depresi tidak selalu terjadi penghambatan proses pikir tetapi sulit berpikir oleh karena preokupasi akan kecemasannya.
c.Sirkumstantialitas.
Dalam hal ini jalan pikir terjadi lambat sampai tujuannya,oleh karena diisi oleh hal-hal detailistik yang kurang bermakna,dengan lain perkataan jalan pikirnya berbelit-belit namun sampai tujuan.

Ganguan kelangsungan pikir(continuitas) :
Mutu proses pikir normal berlangsung secara jelas dan tajam,sampai pada tujuan,tanpa berbelit-belit atau bercabang-cabang.
Gangguan arus pikir dan mutu berpikir berkaitan satu sama lainnya,sulit untuk dibedakan dengan tegas.
a.Perseverasi;
Gangguan disini adalah proses pikir tidak berlanjut sehingga menghambat
Kelanjutan pikiran tersebut,utamanya diajukan dengan pengulangan suatu kata atau gagasan.
b. Jalan pikiran terhenti.(blocking)
Pikirannya tiba-tiba terhenti(kosong),yang kemudian berlanjut dengan ide atau gagasan yang baru.
Blocking adalah gejala khas untuk gangguan skizofrenia,namun juga perlu
kita ingat mereka yang mengalami kecemasan berat atau kelelahan akan mengalami hal demikian.
Gangguan Isi pikir.
Gangguan isi pikir disebut sebagai waham.
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang tidak dapat dikoreksi,diluar pengaruh latar belakang sosial dan budaya.
Waham ini merupakan hasil proses psikik internal yang tidak dipengaruhi oleh faktor luar.
Disamping waham adanya suatu ide-ide seperti waham,hai ini merupakan suatu gagasan yang berkaitan dengan alam perasaan (merasa seperti)atau suatu gagasan yang berlebihan dan dipertahankan dalam waktu cukup lama.
Sehingga dapat dikatakan gangguan isi pikiran dapat berbentuk waham yang sesungguhnya dan ide-ide seperti waham.
Klasifkasi waham(delusion).:
a.Waham primer.
Waham primer ini umumnya berkaitan dengan kejadian psikologis yang memberikan makna lain.
Biasanya waham primer khas untuk gangguan skizofrenia,yang juga kadang-kadang kita temukan pada kelainan organik susunan saraf pusat khususnya pada epilepsi dengan psikosa.


b.Waham sekunder dan waham sistimatis.
Waham sekunder dimengerti timbul dari kejadian psikologis lainnya;para pakar berpendapat hal ini timbul akibat mental mekanisme proyeksi.
Isi waham yang sering dalam klinik:
· Waham kejar
· Waham cemburu
· Waham cinta.
· Waham kebesaran.
· Waham nihilistik dan sebagainya.
Gangguan Bentuk pikir.
Gambaran bentuk pikiran yang sehat menurut Schneider terdiri:
1. Ketepatan tertentu(constancy);dalam hal ini tajam dan jelas.
2. Terorganisasi:isinya berhubungan satu dengan lainnya,atau terpisah namun dengan cara terorganisir.
3. Continuity:(kontinuitas) atau berkesinambungan satu sama lainnya secara teratur.
Berpikir berarti memberikan suatu gagasan atau perhatian,sehingga dapat disimpulkan dalam menggunakan kata berpikir :
· Pikiran fantasi yang tak terarah,yang disebut autistik.
· Pikiran imaginatif;pikiran diluar rational dan kemungkinan.
· Pikiran rational atau konseptual;berusaha untuk menyelesaikan
masalah.
Gangguan bentuk pikir:
a) Pikiran autistik; dapat dikatakan normal,umumnya dapat terjadi pada individu skizoid(ciri-ciri pendiam,pemalu,keyakinan diri kurang dan sebagainya)namun dapat dikatakan patologik bila tidak terkontrol.
b) Transitory thinging:Gangguan dari kontinuitas dimana terjadi adanya penyisipan,atau keluar jalur,oleh karena kontinuitasnya terganggu.
c) Pikiran yang terdisorganisasi./Tak berketentuan.:Timbulnya setiap gagasan namun tak teratur atau tidak adanya kaitan satu sama lainnya.
Pembicaraan atau perkataan merupakan salah satu ekspresi apa yang
dipikirkan individu,penilaian pembicaraan/perkataan menggambarkan proses pikir individu.
Gangguan bicara :
a) Aphasia atau disphasia merupakan gangguan bicara akibat adanya kerusakan susunan saraf pusat.
b) Gagap:aliran pembicaraan terganggu oleh adanya fase berhenti.
c) Mutism;hilangnya kemampuan bicara secara lengkap.
6.PERSEPSI.
Persepsi mempunyai dua arti yakni arti yang luas adalah kemampuan individu dalam hal pengertian,pemahaman dan penafsiran suatu rangsangan yang ditangkap oleh pancaindera.
Persepsi dalam arti sempit adalah:kemampuan individu menerima rangsangan pancaindera.
Dengan lain perkataan persepsi adalah proses intra psikik dimana individu berusaha mengerti,memahami dan memberikan penafsiran terhadap rangsangan yang dapat diterima oleh pancaindera.
Gangguan persepsi pada garis besar dapat dibagi dalam:
a) Distorsi(penyimpangan).:rangsangan diterima namun salah
ditanggapi.
b) Deception(Kesalahan):terjadi persepsi baru tanpa adanya rangsangan luar.
Pada gangguan distorsi(penyimpangan):
a) Intensitas berubah;hyperaesthesia atau hypoaesthesia.
b) Kwalitas berubah:biasanya pengaruh substansi toksik;
c) Perubahan spatial(Ruang):micropsia,megalopsia
b.Kesalahan(deception)persepsi:
Dikenal Ilusi dan halusinasi.
Ilusi adalah: adalah:kesalahan persepsi dengan adanya rangsangan
Eksternal:
misalnya tali diduga ular.
Pada ilusi rangsangan dari obyek yang diterima digabungkan dengan
bayangan mental individu atau disebut juga persepsi yang tak sesuai dengan rangsangan obyek.
Hal ini biasanya terjadi karena kurangnya kejernihan persepsi,dan adanya pengaruh emosional yang kuat.
Halusinasi adalah kesalahan persepsi tanpa adanya rangsangan luar.
Misalnya:mendengar suara tanpa ujud.
Dari batasan halusinasi adalah persepsi tanpa adanya obyek(rangsangan) dengan perkataan lain adalah suatu persepsi yang salah namun terjadinya bersamaan dengan persepsi seolah-olah benar.
Jadi persepsi ini datangnya dari dalam diri sendiri,yang ditanggapi seolah-olah datang dari luar.
Hal ini sulit dibedakan dengan bayangan mental yang,sulit membedakannya.
Penyebab halusinasi:
a) Kelainan emosi yang berat.
b) Suggesti kuat.
c) Gangguan pancaindera.
d) Gangguan susunan saraf pusat.
7.DAYA INGATAN.
Daya ingat merupakan daya kemampuan individu untuk memproduksi
kembali peristiwa yang terjadi dimasa lampau.
Faktor-faktor yang mempengaruhi baik buruk(kesan dangkal/dalamnya) daya ingat adalah:
1. Kemampuan persepsi,membanding-bandingkan dan respons
terhadap peristiwa yang dialaminya.
2. Mekanisme penyimpann dalam susunan sarafnya.
3. Waktu yang diperlukan antara peristiwa dan yang akan diingat.
4. Pegenalan tersebut apakah ada hubungan dengan peristiwa yang lainnya.
5. Keadaan hidup emosi saat mengalami peristiwa tersebut.
Gangguan daya ingat individu :
1. Amnesia
Amnesia berarti kehilangan daya ingat,penyebabnya bersifat kompleks bisa akibat organobiologis dan sebab psikososial.
Penyebab orgao biologis dapat terjadi pada trauma kepala dikenal amnesia retrograd dan amnesia anterograd.
Amnesia retrogarad:hilangnya ingatan akan peristiwa-peristiwa beberapa jam atau hari sebelum terjadi trauma kepala.
Amnesia anterograd;dimana individu kehilangan daya ingat setelah terjadinya peristiwa trauma tersebut;hal ini bisa terjadi pada trauma fisik atau mental yang berat.
Umumnya akan terjadi pada suatu trauma yang tak menyebabkan penurunan kesadaran,dimana peristiwa selanjutnya tak diingat sama sekali.
2. Dementia :adalah kemunduran daya ingat akibat keadaan organis dimana terjadi kerusakan pada susunan substansia susunan saraf:misalnya pada dementia senilis oleh karena usia lanjut.
Atau terjadinya kemunduran karena infeksi,gangguan pembuluh darah dan laiin sebagainya.
3. Adanya kehilangan ingatan akan suatu peristiwa tertentu saja,hal ini disebabkan oleh karena pengaruh emosi atau psikologis yang berat.
Gangguan ingatan demikian biasanya ada hubungan dengan gangguan histeria atau ciri-ciri kepribadian histerik.
8.DAYA KONSENTRASI.
Daya konsentrasi merupakan kemampuan individu untuk memusatkan
perhatian atau pikirannya terhadap suatu hal(peristiwa),yang terdapat dalam
kesadaran individu.
Perlu kita perhatikan peristiwa tersebut dapat bersifat diluar atau didalam
diri individu.
Didalam diri individu biasanya melibatkan hidup emosi,serta bersifat pribadi.
Kondisi konsentrasi normal;dapat dikatakan bahwa individu mampu
memusatkan perhatiannya terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama hal tanpa adanya penurunan atau menjadi bercabang-cabang.
Gangguan dalam konsentrasi :
1.Mudah dialihkan(distractibility).
2.Konsentrasi menurun seperti pada depresi;menunjukkan sikap acuh tak
acuh.
3.Konsentrasi yang berkabut;kejernihan daya pikir bersifat kabur,biasanya terjadi dalam keadaan intoksikasi/keracunan zat-zat kimia atau obat-obat.


9.Orientasi.
Kemampuan individu untuk menjelaskan hubungannya dan membatasi hubungan tersebut dengan sekelilingnya;secara temporal(hitungan waktu);
personal(mengenal diri sendiri atau orang lain);dan spatial dalam ukuran ruang atau jarak yang jauh.
Mengenai orientasi dalam prakteknya kita memeriksa kesadaran individu
tersebut.
Gangguan-gangguan orientasi:
a.Gangguan orientasi personal:memeriksa individu dalam menemukan identitas dirinya,atau mengenal orang-orang sekitarnya.
b.Gangguan orientasi temporal;
Apakah kemampuan mengenal waktu cukup jelas seperti misalnya sekarang masa lampau dan yang akan datang.
c.Orientasi spatial:orientasi tempat.suatu pengetahuan tentang ruang dan lokasi tertentu.
d.Orientasi situasional:merupakan pengetahuan individu untuk menafsirkan apakah gunanya seseorang atau sekelompok orang berada diuatu tempat tertentu dan apakah bedanya masing-masing baik dalam profesi maupun kegiatannya.
Perlu kita ketahui pada mereka yang mempunyai gangguan jiwa mungkin akan salah dalam menjawab pertanyaan yang ditujukan ini tanpa adanya
penurunanan kesadaran yang jelas,hal ini dapat disebabkan karena penderita mengalami pengasingan diri,sikap acuh tak acuh;autisme maupun keadaan affektif yang mendatar.
Dalam keadaan merupakan suatu gangguan orientasi yang relatif oleh karena tidak disertai penurunan kesadaran(merupakan proses-proses mental),dalam
penilaian status psikiatrik kesadarannya tetap bukan merendah.
10.INSTINK dan DORONGAN INSTINKTUAL.
Instink atau naluri pada organisme merupakan sumber daripada segala
tingkah laku yang tidak perlu dipelajari secara khusus,umumnya bersifat tidak
rational,dorongan instinktual ini dapat disebut sebagai sumber tenaga(enersi).
Tingkah laku instinktual pada mahluk hidup yang lebih rendah tampak
menyolok dibandingkan pada mahluk hidup/organisme yang lebih tinggi.
Tingkah laku manusia disamping dipengaruhi dorongan instinktual,adat
istiadat dan lingkungan sosial ikut memegang peran dalam menentukan bagaimana
hidupnya dikemudian hari.
Sehingga perlu kita bedakan antara dorongan instinktual dan dorongan
kehendak;antara tidak rational dan rational;pada individu yang dewasa umumnya
dorongan instink telah berubah menjadi dorongan kehendak/kebutuhan yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi dimana individu berada.
Jelas kiranya bahwa cara hidup manusia ketika lahir dan pada masa
dewasanya akan jauh berbeda satu sama lainnya.
Pada pemeriksaan psikiatri penilaian terhadap dorongan instinktual atau
dorongan kehendak sampai berapa jauh gangguan tersebut nampak dan
menyimpang dari normal.
1.Abulia:berarti kehilangan atau kekurangan dorongan kehendak.

Dorongan kehendak(drive,urge)merupakan keinginan individu untuk bertindak
berdasarkan kebutuhan.Seperti kita ketahui kebutuhan individu,sesuai dengan tahap
perkembangan dari sejak lahir sampai akhir.Tahapan tersebut berupa kebutuan:
kebutuhan fisik seperti makan,minum,ekresi dan sekresi; kebutuhan psiklologik
maupun sosial seperti kebutuhan akan cinta,pengakuan,rasa nyaman dan
sebagainya.
Pada dasarnya kebutuhan ini memerlukan suatu suatu tindakan untuk
melaksanakannya,sudah jelas diperlukan tenaga atau enersi yang cukup.
Suatu kehilangan mutlak dari tenaga kehendak jarang sekalai dijumpai,lebih sering
dimana tenaga tersebut berkurang,hal ini disebut abulia.Kadang-kadang kekurangan tersebut nampak hanya dalam hubungannya dengan pekerjaan tertentu saja dan tidak mengenai seluruh aktivitas manusia pada umumnya.

2.Stupor:
Stupor adalah suatu keadaan dimana bekunya segala dorongan kehendak untuk bertindak dan kebalnya hidup perasaan seorang individu.
Pada keadaan stupor individu seolah-olah kehilangan segala daya untuk
bertindak,seakan-akan hilangnya kehidupan dan matinya segala aktivitas mental dan
fisik.
Individu tersebut tak mampu menerima rangsangan dan kemampuan dalam
menilai yang terjadi dalam lingkungan sekelilingnya.
Kadang-kadang istilah stupor ini diistilahkan sebagai suatu keadaan
mutistik(membisu),namun bukan disebabkan karena gangguan sensorium.
Keadaan stupor ini biasanya dijumpai dalam keadaan psikosa konstitusionil
seperti dalam keadaan manik depresif dan skizofrenia(katatonik skizofrenia).
Yang dikenal dengan istilah stupor katatonik.
Disamping hal itu keadaan stupor dapat kita jumpai sebagai akibat gangguan
Organobiologik seperti infeksi,trauma dan neoplasma yang mengenai substansi otak.
3.Raptus.
Raptus adalah suatu keadaan serangan eksplosif dan sekonyong-konyang
tanpa adanya penyebab/pencetus yang bermakna,sehingga menimbulkan keadaan
yang agitatif.Hal demikian dapat terjadi pada keadaan stupor katatonik yang berubah
tiba-tiba menjadi raptus ipulsif,juga pada keadaan melancholis yang hebat.
4.Amentia.
Amentia adalah suatu keadaan perilaku halusinasi yang akut dengan
kesadaran yang merendah biasanya didapatkan akibat:sifat toksik,infeksi
atau kelelahan.
Penilaian psikiatrik disamping menilai tanda-tanda dan gejala-gejala juga menilai aspek tertentu dari proses perkembangan kepribadian individu,yang berkembang terus dan dipengaruhi oleh faktor biologi,psikologi dan lingkungan sosial.

IV.KEPRIBADIAN.
Diskusi tentang kepribadian atau struktur kepribadian,pada akhir abad 19 dan pertengahan abad 20 banyak pakar memberikan kontribusinya antara lain:
Freud,Adolf Meyer,Alfred Adler,Carl G Jung dan sebagainya.
Pada dasarnya kita pandang bahwa psikis kita terdiri dari dua bagian yaitu:
bagian alam sadar(concious) dan bagian alam tak sadar,ternyata bahwa proses-proses “alam tak sadar” dapat mempengaruhi proses pikir,tindakan-tindakan dan
perasaan-perasaan kita.
Bila kita lihat per definisi Kepribadian adalah:segala corak kebiasan individu
yang terhimpun didalam dirinya,yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan
diri terhadap rangsangan (stimulus);baik yang datang dari dunia luarnya(lingkungan)
maupun dari dunia dalamnya(dirinya sendiri),sehingga corak dan kebiasaannya itu
merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk individu tersebut.
Perlu ditegaskan banyak faktor yang mempengaruhi kepribadian seorang
individu seperti ;
Faktor biologis maupun psikologik,segi genetik,konstitusi,intelektual dan
sebagainya.
Faktor lingkungan seperti pola asuh,budaya,lingkungan sosial serta
pengalaman dalam kehidupan.
Faktor situasi seperti tuntutan lingkungan akan menghasilkan kepribadian yang berbeda-beda,yang menyebabkan individu terus menerus belajar dari
pengalaman.
Untuk mudahnya kepribadian pada garis besarnya dapat kita bagi dalam
tiga bagian,yaitu Id,Ego dan super ego.
Id merupakan merupakan bagian dari kepribadian yang memberikan
dorongan-dorogan pada individu untuk bertingkah laku,yang seluruhnya terletak di
alam tak sadar.Dorongan ini dikenal dengan “drive”(bahasa Inggris) atau Instink.
Instink ini sangat vital bagi individu,tanpa instink individu akan hampa
hidupnya,pelbagai dorongan ini yang menyebabkan individu bertindak atau
berprilaku.
Dorongan kehendak(“drive”) yang menimbulkan tindakan individu,umumnya
mempunyai mempunyai maksud atau mempunyai tujuan tertentu.
· Untuk menghindar dan mengatasi keadaan bahaya.
Pada umumnya manusia mempunyai suatu mekanisme pertahanan badan
yang ampuh untuk mempertahankan dan menjaga kesehatannya.
Misalnya kita kenal mekanisme pertahanan tubuh,apabila ada benda asing berupa microorganisme masuk kedalam tubuh,maka tubuh akan bereaksi dengan menyebarnya leucocit kedaerah tersebut,dan daerah tersebut
memberikan reaksi berupa perubahan warna menjadi merah kemudian
membengkak dan terasa sakit.Reaksi ini dikenal sebagai tanda-tanda bahwa sedang terjadi sesuatu pada tubuh,maka individu akan bertindak untuk
mengurangi rasa tak nyaman tersebut;misalnya beristirahat atau memberikan
obat-obat tertentu.Biasanya tanda-tandalah yang mendorong kita bertindak.
Sedangkan tanda-tanda atau isyarat bagi kesehatan psikis adalah rasa
cemas atau takut yang menyebabkan individu bertindak.
Sakit dan takut merupakan hal yang perlu untuk keselamatan diri individu,
namun tak selalu hebatnya sakit atau takut sebanding dengan bahaya yang ada atau yang diisyaratkan.
Ada saja orang yang berani menghadapi para bajingan namun takut
menghadapi cacing misalnya.
· Untuk memperoleh kesenangan.
Disamping individu mempunyai dorongan untuk menghindar dan mengatasi bahaya juga mempunyai dorongan untuk memperoleh rangsangan-
rangsangan yang memberikan kesenangan dan kenikmatan.
Rupa-rupanya dorongan tersebut timbul dari dalam diri individu sebagai
penambah rasa aman,senang dan nikmat.
Apakah dorongan tersebut ada gunannya dalam kehidupan seorang
individu?Ya rupa-rupanya dorongan tersebut memberikan makna dalam kehidupan individu;seperti makan,minum,tidur,gerak badan,ekskresi dan seksualitas,disertai suatu sensasi kenikmatan,namun umumnya orang tak menyadarinya sepenuhnya bahwa hal itu memberikan sensasi kenikmatan.
Secara umum dorongan untuk memperoleh kesenangan ini disebut nafsu.
Mengapa orang sampai tak menyadari bahwa tindakan tersebut memberikan suatu kenikmatan?:
1. Tindakan itu dilakukan berulang kali dan setiap hari sehingga merupakan perbutan yang biasa.
2. dorongan tersebut biasanya tak mengalami hambatan yang berat,setidaknya hambatan tersebut sudah menjadi perkara yang biaasa.
· Dorongan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
Dorongan untuk menyesuakan diri dengan lingkungan sekitarnya kita kenal
Sebagai dorongan dorongan-dorongan sosial atau motivasi sosial.
Dorongan-dororongan ini berlawanan dengan dorongan-dorongan
sebelumnya,dorongan ini mendesak kita bertingkah laku agar kita diterima oleh lingkungan dimana kita berada.
Dorongan-dorongan kehendak ini pada dasarnya harus harus terlaksana,bila tidak terlaksana akan memberikan suatu sangsi terhadap proses mental kita biasanya
berupa kecemasan atau ketegangan,perasaan demikian bila berlanjut akan
menimbulkan suatu keadaan yang kita kenal dengan tanda-tanda atau gejala klinis.
Dorongan-dorongan instinktual dikenal juga sebagai dorongan kehendak maupun dorongan kebutuhan yang dengan perkataan lain dikategorikan dalam:
· Dorongan kehendak bersifat biologik:udara,air,makanan dsbnya.
· Psikologik.rasa aman,diterima lingkungan,dominasi,dan lain
sebagainya.
· Letak di alam tak sadar.
· Memerlukan pemuasan segera.
· Dikatakan sebagai naluri atau instink
Ego:
Ego adalah bagian dari kepribadian yang berfungsi untuk menyesuaikan individu dengan realitas,dan berfungsi mengarahkan dan melaksanakan dorongan-dorongan dari Id sebaik-baiknya,agar dorongan-dorongan tersebut sesuai dengan keadaan sekitarnya.
Mengingat fungsi Ego mengarahkan dan melaksanakan dorongan-dorongan
Id agar sesuai dengan realitas(prinsip realitas),maka sebagian besar terletak dialam sadar,dan bagian lainnya yang terletak dialam bawah sadar merupakan suatu proses yang kita kenal dengan mekanisme pertahanan mental.
Ego ini berkembang selama hidupnya dan ditentukan oleh pendidikan,pola asuh serta pengalaman yang diperoleh individu tersebut.
Super Ego.
Bagian lain dari kepribadian adalah super ego;bagian ini dapat dipersamakan dengan penasehat atau penilik dari kepribadian.
Ia akan memberikan petunjukkan bagaimana individu harus bertindak sebaik-baiknya dalam kehidupan ini.
Fungsi sebagai pengawas ini super ego dapat menghukum dan memuji
individu terhadap berbagai tindakan yang dilakukan;ia akan memuji dimana individu merasakan suatu kebanggaan terhadap tindakannya;bila individu merasa bersalah akan tindakan yang dilakukannya hal ini merupakan suatu hukuman dari super ego.
Sebagian besar dari super ego ini terletak didalam alam tidak sadar,dan hati nurani merupakan sebagian yang terletak di alam sadar.
Pembentukan super ego terbentuk sejalan dengan perkembangan individu
tersebut,yang akan mengandung norma-norma moral dan etika social.
Ketiga hal diatas merupakan unsur-unsur atau faktor yang menentukan
kepribadian seorang individu.
Dalam prakteknya dikemukakan ciri ciri kepribadian individu apakah ia
bersifat:ekstraversi atau introversi,bersepakat(agreeableness),keterhandalan,
stabilitas emosi dan sebagainya.
Dalam bidang ilmu keokteran jiwa penilaian tersebut dilakukan apakah bersifat normal atau tidak;sehat.?
Ciri-ciri kepribadian yang dikatakan normal/sehat dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.Tidak mempunyai psikopatologi yang jelas,atau kelainan fisik yang berat
dan penyakit fisik yang berat.
2.Menguasai tugas perkembangan sebelumnya tanpa kemunduran yang
serius,dapat dikatakan melalui tahap perkembangan tanpa terjadinya suatu
hambatan.
3.Kemampuan untuk memberikan kasih sayang;serta mempunyai
fleksibilitas dan memecahkan masalah secara umum.
4.Mampu mengadakan relasi yang relatif baik dengan orang tua,saudara
kandung dan teman sebaya.
5.Merasa sebagai bagian dari lingkungan kultural yang lebih besar dan
menyadari norma-norma dan nilai etikanya.
6.Mempunyai kemampuan penyesuaian dalam perkawinan,
7.Mempunyai tanggung jawab sebagai orang tua,baik dalam pekerjaan dan
aktivitas waktu luang.
8.Mempunyai kemampuan untuk berkorban demi kepentingan orang banyak
dan lain sebagainya.

Ilmu kedokteran jiwa ilmu yang bergerak dalam bidang kesehatan dan perilaku khususnya,sudah jelas perlu kita ketahui mana norma sehat dan mana
norma tidak sehat atau abnormal.
Dalam psikiatri dikemukakan beberapa pandangan mengenai sehat dan tidak sehat atau normalitas dan abnormal antara lain:
Normalitas sebagai sehat.
Pandangan pertama tradisi kedokteran jiwa mengenai sehat atau normal
sama seperti pandangan medik,yang menurut organisasi kesehatan dunia;dimana fisik,emosional dan sosial dalam keadaan sejahtera.
Perilaku yang sehat jiwa adalah perilaku yang dalam batas-batas normal dimana tidak adanya psikopatologi yang timbul atau manifes.
Kesehatan sebagai idaman.(Utopia)
Pandangan kedua mengenai jiwa yang normal merupakan suatu perpaduan yang terintegrasi dari aparatus mental,yang berfungsi secara optimal.
Menurut Sigmund Freud;ego yang normal seperti umumnya normalitas secara umum,degan ciri-ciri:mandiri,bertanggung jawab,dapat menyesuaikan diri dan lain sebagainya,yang bersifat ideal.
Normalitas sebagai rata-rata.
Perspektif ini sering kali digunakan dalam suatu penelitian normatif terhadap perilaku,berdasarkan prinsip statistik yang menggambarkan tiap-tiap orang dalam istilah sesuai dengan penilaian pada umumnya.


Normalitas sebagai proses.
Dalam pandangan ini ditekankan bahwa normalitas merupakan hasil akhir
dari sistim-sistim yang berinteraksi.
Dengan perkataan lain normalitas sebagai proses mengemukakan perubahan atau proses,ketimbang definisi normalitas yang mewakili keseluruhan,yang merupakan konseptual.
Erikson mengemukakan epigenesis;perkembangan kepribadian yang
mempunyai delapan stadium,merupakan perkembangan kepribadian yang selaras serasi dan optimal sesuai dengan lingkungan sekitarnya.
Konsep epigenesi adalah suatu konsep dimana perkembangan terjadi dalam stadium yang berurutan dengan batas yang jelas,dan setiap stadium harus
diselesaikan dengan memuaskan,guna kelancaran perkembangan selanjutnya.
Menurut konsep epigenesis ini apabila salah satu stadium tidak dapat diselesaikan dengan memuaskan,stadium lainnya akan mencerminkan suatu
kegagalan dalam bentuk ketidak mampuan menyesuaikan diri secarafisik,emosional,
kognitif dan sosial.
Tahapan perkembangan menurut Erikson:
Basic trust vs. Mistrust. (Kepercayaan dasar lawan ketidak percayaan).
Sejak lahir sampai berumur 1 tahun.Stadium ini bersesuaian dengan stadium oral Freud;kepercayaan yang ditunjukkan pengasuhnya adalah:mudah diberi makan saat
Lapar,tidur nyenyak dan relaksasi usus yang harus berlangsung secara konsisten.
Pada umur 6 bulan bersamaan dengan tumbuh gigi bayi mulai menggigit,dalam hal ini disampig menerima ia mulai mengambil sesuatu dari dunia luarnya.
Bila suatu saat terjadi penyapihan,hal ini merupakan suatu nostalgia akan kehilangan hal –hal yang menyenangkan.Namun bila kepercayaan dasar kuat,anak akan
Mempertahankan sikap penuh harapan dan mengembangkan keyakinan diri.
Stadium ini dikenal dengan zona oral.(sigmund Freud).

Autonomy vs. Shame and doubt.(otonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu)
Stadium ini berlangsung pada saat anak umur satu tahun sampai tiga tahun,sesuai dengan stadium psikomotor(anal muskular),mulai belajar berjalan,makan sendiri dan berbicara.
Dalam stadium ini membutuhkan pengendalian dari pengasuh yang konsisten,
dimana akan timbul rasa malu bila anak terlalu dipaparkan untuk menyadari dirinya dan diberi hal-hal yang negatif dan hukuman yang berlebihan.
Misalnya mengenai eliminasi kita harus mendidiknya dengan penuh kesabaran.
Zona ini berhubungan dengan membiarkan dan menahan.(menurut Freud).

Initiative vs. Guilt,(Inisiatif lawan rasa bersalah).
Berlangsung pada saat anak berumur 3 tahun sampai 5 tahun,stadium falik psikoseksual,berhungan dengan aktivitas motorik dan intelektual.
Keinginan untuk meniru orang dewasa,keterlibatan dalam persaingan dengan saudara kandung.
Rasa bersalah akan timbul terutama pada saat mendapat hukuman atau kecaman dari lingkungan pada untuk merenungkan tentang perbuatannya sendiri terutama yang bersifat agresif.
Industry vs.Competence/Inferiority complex.(Industri lawan inferioritas).
Anak-anak pada stadium ini sibuk membangun,mencipta dan mengembangkan,
dimana anak mendapatkan instruksi sistimatik serta teknologi dasar.
Identity vs. identity confusion.
Stadium ini antara 11 tahun sampai akhir remaja,untuk mengembangkan ego.
Pada stadium ini berperan adalah rasa kebersamaan dengan teman sebaya,preokupasi dengan penampilan,kepahlawanan,dan ideologi kelompok.
Kegagalannya adalah kebingungan peran,keraguan identitas seksual.
Intimacy vs. Isolation.(Keintiman lawan Isolasi).
Stadium ini antara 21 sampai 40 tahun,tugas pada stadium ini adalah untuk mencinta dan bekerja.
Biasanya ditandai dengan mengorbankan diri,mutualitas dan produktivitas.

Generativity vs.Care Midlife crisis.(Generativitas lawan Stagnasi).
Umur sekitar 40 sampai 65 tahun.
Membesarkan anak,membimbing generasi baru dan kreativitas.
Gangguannya biasanya ketakutan terhadap diri sendiri,isolasi dan tidak ada keintiman.

Integrity vs.despair Wisdom.
Umur 65 tahun keatas.
Integritas adalah rasa kepuasan dalam kehidupan,telah produktif dan berharga.
Gangguannya adalah rasa putus asa,kekecewaan dan kebencian terhadap orang lain,disertai ketakutan akan kematian.

Selanjutnya pengertian tentang normalitas telah dikembangkan melalui penelitian longitudinal sehingga didapatkan kriteria yang menggambarkan:
Normalitas dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1.Tidak mempunyai psikopatologi yang jelas,atau kelainan fisik yang berat dan penyakit fisik yang berat.
2.Menguasai tugas perkembangan sebelumnya tanpa kemunduran yang serius,dapat dikatakan melalui tahap perkembangan tanpa terjadinya suatu hambatan.
3.Kemampuan untuk memberikan kasih sayang;serta mempunyai fleksibilitas dan memecahkan masalah secara umum.
4.Mampu mengadakan relasi yang relatif baik dengan orang tua,saudara
kandung dan teman sebaya.
5.Merasa sebagai bagian dari lingkungan kultural yang lebih besar dan
menyadari norma-norma dan nilai etikanya.
6.Mempunyai kemampuan penyesuaian dalam perkawinan,
7.Mempunyai tanggung jawab sebagai orang tua,baik dalam pekerjaan dan aktivitas waktu luang.
Disamping jiwa yang sehat atau dikenal juga dengan normalitas,bagaiman dengan mereka yang mendapat gangguan atau mengalami gangguan jiwa?.
Mereka yang mengalami gangguan jiwa adalah adanya sekelompok gejala atau perlilaku yang ditemukan secara klinis,yang disertai dengan penderitaan pada kebanyakan kasus dan disertai dengan terganggunya fungsi seseorang.
Penyimpangan atau konfliksosial tanpa terganggunya fungsi seseorang jangan dimasukkan dalam gangguan jiwa.

V.Penyebab umum gangguan jiwa.
Penyebab gangguan jiwa disebut dengan istilah etiologi,yang dimaksud dengan etilogi adalah:bagian ilmu kedokteran yang berhubungan dengan pengetahuan tentang sebab-sebab yang menimbulkan gangguan atau penyakit.
Misalnya penyebab utama penyakit dementia paralytica adalah spirochaeta pallidum,walaupun demikian tidak semua orang yang terkena penyakit akan mengalami paralytica.mengapa?
Oleh karena disamping terkena infeksi bakteri tersebut,harus pula kita pertimbangkan adanya faktor lain yang turut berpengaruh dalam penjelmaan reaksi tersebut.
Demikan pula dalam ilmu kedokteran jiwa,tidak semua orang dalam suatu daerah yang mengalami bencana alam, akan menjelma menjadi gangguan jiwa,bagi perkembangan gangguan jiwa bencana alam itu bukan satu-satunya penyebab gangguan jiwa
Sehingga pandangan ilmu kedokteran jiwa,penyebab gangguan jiwa tidak disebabkan oleh satu sebab saja,tetapi terdapat beberapa sebab yang bersama-sama saling mempengaruhi satu sama lain dan berhasil menjelmakan gangguan jiwa.
Dengan perkataan lain penyebabnya bersifat multikausalitas(adanya beberapa sebab yang bersama-sama menimbulkan gangguan jiwa) dan bukan bersifat monokausalitas(hanya satu sebab menimbulkan gangguan).
Disamping itu dalam etiologi kita juga mengenal istilah predisposisi dan presipitasi.
Preisposisi adalah suatu kondisi pada idividu dimana seorang individu menjadi rentan terhadap suatu gangguan jiwa .
Presipitasi atau pencetus adalah kondisi dimana situasi tersebut menyebabkan timulnya gejala –gejala gangguan jiwa.
Secara garis besar penyebab gangguan jiwa bisa kita bedakan dari beberapa golongan penyebab:
A.Golongan penyebab konstitusional(atau endogen).
Golongan penyebab bersifat konstitusional umumnya dianggap terikat pada sifat individuil:yakni sifat familier atau sifat herediter individu yang bersangkutan.
Bila sifat heredo-konstitusional yang menjadi sebab utama gangguan jiwa;gangguan tersebut terletak pada watak dasar individu yang bersangkutan,oleh karena itu sering kali memperlihatkan sifat periodik-cyclik dan mempunyai kelainan hidup affektif seperti dysthimik,hyperthimik dan sebagainya.
Gangguan yang sampai saat ini dianggap mempunyai sifat heredo konstitusi
yang kuat adalah psikosa skizofrenia,psikosa manik depresif,parafrenia dan psikosa atas dasar epileptik.
B.Golongan penyebab Organobiologik(atau eksogen).
Faktor penyebab dalam hal ini terikat pada suatu keadaan organisitas atau biologik(kondisi medik tertentu) yang menyimpang,seperti adanya infeksi,trauma,kelainan vaskuler,neoplasma,kurang gizi dan lain sebagainya.
Gangguan jiwa yang dianggap sebab organik ini terbagi dalam :
a.Golongan gangguan jiwa simtomatik.
Golongan gangguan jiwa simtomatik adalah suatu keadaan yang disebabkan karena adanya gangguan jasmaniah(kondisi medik tertentu),tanpa terjadinya kerusakan pada substansi otak.
Pada umumnya keadaan disebabkan oleh karena infeksi,intoksikasi atau keadaan kelelahan(exhaustion).
Salah satu tanda klinis yang kharakteristik pada keadaan ini yakni adanya kesadaran yang berubah atau merendah yang disertai keadaan delirium.
Para pakar psikiatri menyebutkan hal ini sebagai sindroma otak(“brain syndrome)
Hal ini merupakan gangguan jiwa yang diakibatkan karena kondisi medik tertentu,sesuai dengan diganosa dalam psikiatri yang menggunakan lima aksis,maka aksis ketiga diisi dengan kondisi medik tersebut.
Beberapa gangguan jiwa yang sering menjelma adalah akibat penyakit malaria,thypoid,influenza,dan lain sebagainya.
Hal penting lainnya yang memerlukan perhatian psikiatri adalah suatu keadaan intoksikasi seperti misalnya akibat uremia,pre-koma hepatis,pre-koma diabetikum,hyperthyroidi,maupun adanya gangguan-gangguan jasmaniah yang menahun seperti penyakit keganasan lainnya.
b.Golongan gangguan jiwa organik.
Golongan gangguan jiwa organik yaitu dimana adanya suatu proses dalam substansi otak,gangguan ini didapatkan pada gangguan peredaran darah,atau pembuluh darah,kelainan berdasarkan infeksi seperti encephalitis,dementia paralytic
Akibat lues,trauma kapitis dan intoksikasi akibat zat-zat adiktif lainnya.
C.Golongan penyebab yang berhubungan dengan interaksi psikososial.
(Psikogen)
Faktor penyebab golongan ini akibat psikotrauma yang tidak bisa dicerna secara sempurna oleh kepribadian,sehingga trauma tersebut seolah-olah sebagai suatu hal yang patogen yang suatu saat akan menimbulkan menimbulkan gangguan.
Gangguan yang sering kita dapatkan akibat psikotrauma adalah gangguan seperti;obsesi-kompulsi,reaksi kecemasan,reaksi panik,reaksi kecemasan,reaksi dissosiatif,fobia dan lain sebagainya.
VI.Psikopatologi dan Psikodinamika.
Psikopatologi adalah suatu pengetahuan yang sistimatik tentang etiologi, perkembangan,pembagian dari suatu gangguan dalam hal ini khususnya mengenai
psike atau tingkah laku individu,dan meliputi berbagai konsep teori yang dianutnya.
Sedangkan psikodinamika adalah suatu pengetahuan tentang hal ichwal dorongan kehendak(motivasi),dalam proses psikik sehingga terjelma tanda-tanda klinis,gejala klinis maupun tingkah laku individu(tindakan idividu).
Psikopatologi dan psikodinamika keduanya biasanya digunakan sebagai alat komunikasi antara sesama profesi untuk menjelaskan kasus-kasus yang didapatkan.
Dimana perbedaan psikopatologi dan psikodinamika?Tidak ada pembatasan yang jelas antara keduanya,nampaknya saling mengisi dalam menegakkan diagnosa gangguan psikiatri.
Aliran psikodinamika merupakan suatu aliran yang dalam psikiatri dan psikologi yang dianut oleh Adolf Meyer,dimana penafsiran tingkah laku manusia atas dasar normal atau abnormal;motivasi-motivaisi;kepribadian individu serta reaksi yang diberikan individu saat menghadapi kondisi tertentu.
Metoda yang digunakan adalah observasi,membentuk suatu hipotesa serta memberikan kesimpulan.
Dengan perkataan lain pengetahuan mengenai jiwa individu dapat diperoleh dari melalui penelitian dengan seksama dari tindakan-tindakannya,yang umumnya merupakan penjelmaan dari,apakah dari motivasinya atau pergolakan dalam jiwanya.
Pemeriksaan psikiatri yang secara kharakteristik memperhatikan perilaku individu baik normal atau abnormal,seringkali juga disebut ilmu tingkah laku abnormal(“science of abnormal behaviour”).
Perlu kita ingat pada prinsipnya tiap tindakan atau perilaku individu mempunyai motivasi dan selalu terpengaruh oleh proses-proses dalam psikenya.
Penjelmaan tindakan atau perilaku individu umumnya terjadi bila ada rangsangan atau stimuli yang mengenai individu tersebut.
Bila individu hidup dalam suatu lingkungan tertentu,maka individu tersebut akan selalu terangsang oleh hal-hal yang berada dalam lingkungan tersebut,baik dengan individu lain atau benda-benda,disamping terpengaruh juga akan berusaha mempengaruhi lingkungannya,hal ini dikenal dengan interaksi.
Jadi pengaruh lingkungan atas diri individu datang sebagai stimulus
(rangsangan),dan individu bereaksi(memberikan respon) terhadap stimulus itu,
yang dapat ditafsirkan ikhtiar individu untuk mempengaruhi lingkungan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.

S I R
(s = stimulus) (I = Individu) (R=response/reaksi)

Proses psike yang terjadi adalah sebagai berikut:
Bila terjadi perubahan situasi(dikenal sebagai rangsangan),individu akan bersikap diam,memberikan response untuk adaptasi(menyesuaikan diri) maupun memberikan response untuk mempengaruhi(merubah)lingkungan.
Sebelum memberikan suatu response/tindakan dikenal suatu fase pre response dimana individu mempersiapkan diri baik yang dikenal dengan persiapan mental(psikik) dan fisik.
a.Persiapan psikik: yang dilakukan;antara lain terjadi konsentrasi proses pikir dipertajam,menjelmakan hidup emosi yang sesuai dan lain sebagainya,sehingga terbentuk tujuan yang hendak dicapai,kemudian alasan atau motif mengapa harus bertindak.Bila suatu response tanpa motif dapat dikatakan terjadi secara reflex.
Dalam hal ini motif tidak sama dengan stimulus,yang biasanya sudah ada sesuai dengan dorongan kebutuhan individu tersebut.Misalnya rasa haus menimbulkan motif untuk minum,walaupun belum ada rangsangan dalam bentuk air.
b.Persiapan fisik atau faali:
Terjadinya perubahan berbagai proses biokimiawi dan sekresi kelenjar-kelenjar exokrin maupun endokrin misalnya adrenalin diperbanyak terjadi kecepatan denyaut jantung,kadar glucosa darah dipertinggi,pernapasan dipercepat dan lain sebagainya.
Disamping itu terjadi perubahan pula pada tonus-tonus otot kerangka(meningkat),daya tangkap pancaindera dan lain sebagainya.
Maksud dari proses tadi ditujukan untuk mempertinggi effisiensi dalam pergerakan/tindakan.Sebaliknya proses-lain yang tidak langsung berhubungan dengan tindakan dihentikan atau dikurangi.
Perihal yang demikian ini disebut sebagai proses-proses katabolik,dimana diperlukan enersi yang berlebih,bila tindakan telah dilakukan maka proses-proses tersebut kembali kepada keadaan semula yaitu proses relaksasi/tenang(sebelum adanya stimulus dan niat untuk bertindak.
Pada keadaan tenang ini dapat dikatakan sebagai proses-proses anabolik.
Situasi reponse/reaksi atau tindakan dapat digambarkan sebagai berikut:


Stimulus Individu Pra tindakan(persiapan sebelum tindakan) Tindakan.

Bila tindakan terlaksana sesuai dengan tujuan,motif dan stimulus yang dikehendaki maka akan terjadi fase tenang kembali.
Bila tindakan belum terlaksana atau mendapat hambatan,proses pra tindakan akan berlangsung terus menerus,sudah jelas akan memerlukan tenaga dan kewaspadaan.
Keadaan pra tindakan ini bila berlangsung lama akan menimbulkan suatu keadaan ketegangan apalagi bila tujuan tak tercapai akan menimbulkan kekecewan(frustrasi),dan akan menjelma menjadi tanda-tanda klinis maupun gejala klinis.
Keadaan frustrasi atau tidak terpenuhinya kepuasan pada dasarnya merupakan sendi pelbagai gangguan,bisa sebagai predisposisi maupun pencetus suatu gangguan.
Pelbagai gangguan tersebut dapat memanifestasikan dirinya dalam bentuk gangguan fisiologik suatu organ,yang dikenal sebagai gangguan psikofisiologik;dan

bila gejala-gejala somatik yang menonjol seperti kelumpuhan dikenal sebagai gejala konversi,jika gejala mental emosional yang menonjol dikenal dengan gangguan mental emosional yang bisa bersifat ringan maupun berat.
Perlu kita ketahui bahwa motif-motif dan tujuan-tujuan pada pasien umumnya tak disadari oleh pasien itu sendiri.Demikian juga dengan frustrasi yang dialminya tak disadari,karena tidak disadarinya hal ini maka pasien akan jatuh sakit atau terganggu jiwanya.
Kumpuan tanda klinis maupun gejala klinis disebut gangguan,bisa berupa:
a.Gangguan jiwa bila faktor klinis “mental emosional” yang menonjol.
b. Gangguan psiko-fisiologik bila fungsi dari organ-organ tubuh yang mengalami perubahan atau.
c.Bila faktor somatik yang menonjol dapat berupa gangguan konversi bahkan dapat mengakibatkan penyakit-penyakit fisik tertentu.
Pandangan psikodinamik mengemukakan:
Situasi frustrasi akan menimbulkan kecemasan,rasa gelisah dan kekhawatiran(“anxiety”),
menurut teori ini motif dan tujuan sering kali tak disadari oleh individu,atau bisa juga motif dan
tujuan diketahui oelh pasien,namun suatu saat timbul pertentangan yang mengejutkan individu,hal ini dikenal dengan kontra motif.
Oleh karena adanya pertentangan inimaka individu akan berusaha untuk menghalau motif tersebut,sehingga terdapat dialam tidak sadar,pengahalauan ini dikenal dengan mental mekanisme disebut represi.
Dengan adanya represi ini akan menimbulkan anxietas,yang merupakan suatu pertanda adanya proses tertentu dalam jiwa.
Individu akan berusaha untuk menghilangkan anxietas tersebut,bila ia berhasil maka ia akan sehat kembali,namun bila tak berhasil akan terjadi gangguan.

Keadaan frustrasi dapat digambarkan sebagai berikut:

motif tujuan.


Hambatan/rintangan
Tujuan tidak tercapai terjadi frustasi atau kecewa.
Terdorong oleh motif terentu individu berusaha untuk mencapai tujuan,namun bila ada hambatan atau rintangan yang kuat,dan motif tersebut masih tetap ada,maka individu akan berusaha dengan berbagai cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan perkataan lain individu akan berickhtiar untuk mengatasi keadaan frustrasi tersebut,dan ikhtiar ini kita kenal dengan mekanisme pertahanan mental.
Mekanisme pertahanan mental merupakan salah satu fungsi dari jiwa yang bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan timbulnya perubahan-perubahan.
Dalam bidang fisik kita mengenal adanya daya tahan tubuh(immunitas),yang merupakan faal pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit.Sebagai contoh bila adanya bakteri menyerang tubuh seseorang,maka tubuh akan bereaksi dengan memberikan tanda panas,sakit dan sebagainya.Disamping tanda-tanda tertentu,terjadi suatu proses faali dimana sel-sel darah putih diperbanyak dan berusaha untuk membunuh atau mengeluarkan bakteri tersebut,
dan akan menjaga agar tubuh tetap sehat.
Demikian juga dengan aparat psikis kita mempunyai macam-macam mekanisme pertahanan (mental mechanism atau ajustment mechanism).
Pada dasarnya mekanisme pertahanan psikis tersebut berupa melawan(fight) atau lari(flight)
dari masalah yang dihadapinya(perubahan yang terjadi).
Namun karena pengaruh dorongan kehendak;lingkungan dan budaya individu,maka melawan atau menghindar tersebut mengalami perubahan-perubahan(modifikasi) seperti kompensasi,
simbolisasi,sublimasi,proyeksi dan lain sebagainya.
Menurut Freud mekanisme pertahanan yang paling sering digunakan adalah mekanisme represi, sedangkan Anna Freud dalam tulisannya mengenai:”The Ego and The mechanism of Defense;setiap orang baik yang normal maupun yang mengalami gangguan menggunakan mekanisme pertahanan yang kharakteristik dan berulang.
Mekanisme pertahanan dapat dikelompokkan dalam hirarkis menurut derajat kematangan kepribadian individu tersebut.
Misalnya pertahanan yang narsisistik digunakan oleh anak-anak dan orang yang mengalami gangguan psikotik;pertahan immature terdapat pada remaja dan gangguan nonpsikotik.
Terdorong oleh motif yang terus menerus ada serta individu berkehendak mencapai tujuannya,maka individu akan berusaha untuk mendapatkannya dengan berbagai macam cara,agar anxietas/kecemasan tersebut hilang.
Beberapa mekanisme pertahanan individu biasanya berupa:
Pertahanan narsistik berupa;penyangkalan,distorsi,proyeksi dan lain sebagainya.
Pertahanan Immatur ;memerankan,penghambatan,hipokhondriasis,identifikasi,perilaku pasif agresif,introyeksi,somatisasi,regresi,khayalan skizoid dan lain sebagainya.
Pertahan neurotik;pengalihan,pengendalian,dissosiasi,eksternalisasi,inhibisi,intelektualisasi,
Isolasi,rasionalisasi,pembentukan reaksi,represi dan sebagainya.
Sedangkan pertahanan matur adalah;humor,altruisme,antisipasi,humor,supresi dan sublimasi.

Hambatan-hambatan yang seringkali dapat menimbulkan gangguan jiwa adalah:yang bersifat masalah-masalah dalam kehidupan,konflik-konflik yang dihadapi individu.
Perlu ditegaskan disini masalah-masalah yang dihadapi individu sebetulnya merupakan masalah yang bersifat pribadi baginya;dengan lain perkataan mungkin masalah yang sama bagi individu tertentu tidak merupakan permasalahan namun pada individu tertentu merupakan masalah yang besar.
Jadi hambatan tersebut dalam hal ini tidak dapat dianggap sebagai kausa atau penyebab gangguan namun hanya sebagai pencetus saja.(precipitating factor)
Apakah sebabnya antara dua individu yang mengalami masalah atau hambatan yang sama dimana individu yang satu mendapat gangguan namun yang lainnya tetap sehat?
Pada umumnya para pakar berpendapat rupa-rupanya pada individu yang mendapat gangguan ada faktor tertentu yang dikenal dengan faktor predisposisi.
Faktor predisposisi ini ditentukan oleh:
a.keadaan fisik individu yang bersifat heredokonstitusional serta sebab-sebab yang didapat selama pertumbuhan fisik.
b.Faktor-faktor terletak dibidang psikologi,terutama pengalaman selama perkembangan mentalnya.
Faktor kepribadian sebagian besar ditentukan akibat poses belajar sebelumnya,mengingat sejak lahir individu harus belajar bagaimana cara-caranya menghadapi pelbagai masalah yang dihadapinya.Demikian juga dalam bidang fisik kita dihadapkan dalam maslah masalah baru seperti makanan yang lebih keras,invasi bakteri dan virus,yang oleh organisme jasmaniah harus dicerna atau diselasaikan dengan baik,sehingga didapatkan suatu fisik yang sehat dan tahan terhadap hambatan maupun gangguan,demikian juga dalam bidang mental emosional sehingga terdapat kepribadian yang matang.
Salah satu unsur yang memegang peranan dalam perkembangan kepribadian adalah “rasa diri yang nyaman”,yang akan diperoleh dalam bentuk kasih sayang dari lingkungannya atau pengasuhnya.
Dengan adanya rasa diri yang nyaman maka anak akan dapat belajar dengan baik,tekun dan sabar terutama bila ia dihadapkan dalam berbagai masalah dalam kehidupan yang menunggu penyelesaian yang wajar.
Ditinjau dari bidang ilmu kedokteran jiwa rasa rasa diri yang nyaman merupakan suatu faktor yang utama,bagaimana bila terjadi hal yang sebaliknya?
Keadaan yang menegangkan atau rasa diri yang tak nyaman tersebut terutama bila berlangsung lama akan mengakibatkan hal-hal yang kurang baik pula.
Keadaan dimana rasa kurang nyaman akan mengakibatkan suatu kekecewaan atau frustrasi pada si anak.
Si anak akan secara terus menerus dalam dirinya merasa cemas,gelisah khawatir,ketakutan dan kurang tenang,untuk mengatasi hal demikian sianak akan berusaha mengatasinya dengan segala upaya dan enersinya,ini merupakan suatu situasi hidup yang tidak efisien yang seolah-olah pemborosan enersi kreatif yang ada.
Dan bila semua enersi telah dikerahkan untuk mengatasi ketegangan yang ada,apalagi yang tertinggal untuk belajar yang lainnya?
Oleh sebab itu makin besar dan makin lamanya frustrasi terjadi,makin besar pula kemungkinan untuk timbulnya gangguan – gangguan jiwa pada individu tersebut.
Sikap kasih sayang atau menimbulkan suatu kondisi yang nyaman tersebut dari orang tua atau pengasuh,masing-masing individu akan memberikan respons yang bersifat subyektif dengan lain perkataan suatu rangsangan tertentu akan direspons secara individual,yang berbeda dari individu yang satu dengan yang lainnya.
Sehingga dalam tumbuh kembang kepribadian orang tua atau pengasuh harus dapat menentukan suatu sikap yang cocok untuk masing-masing individu.
Demikian juga dalam praktek atau proses psikoterapi diperlukan interpretasi pasien sendiri,sehingga psikodinamika dan psikoterapi memegang peranan yang penting.

VII.Pedoman Penggolongan dan diagnosa ganggua jiwa.
Pendekatan diagnosa dan penilaian klinik.

Klassifikasi gangguan jiwa dan perilaku menurut Pedoman Penggolongan dan diagnosa gangguqn jiwa III dengan versi diskripsi klinis dan petunjuk diagnosa dimaksud untuk penggunaan klinik,pendidikan dan pelayanan.
Diskripsi dan pedoman ini tidak mengandung implikasi teoritis dan bukan juga pernyataan yang komprehesnsif mengenai tingkat mutakhir dari gangguan tersebut.
Pedoman diagnosa ini merupakan jumlah dan keseimbangan gejala yang biasa ditemukan pada kebanyakan kasus untuk dapat menegakkan diagnosa pasti.
Dalam penggolongan ini digunakan istilah gangguan dengan maksud untuk menghindari masalah dengan penggunaan seperti penyakit dan keadaan sakit.(“disease and illness”),gangguan bukanlah suatu istilah yang,pasti tetapi menyatakan adanya suatu kelompok gejala atau perilaku yang dapat ditemukan secara klinis dan disertai dengan penderitaan pada kebanyakan kasus dan berkaitan dengan terganggunnya fungsi seseorang.
Penyimpangan sosial atau konflik sosial saja tidak dimasukkan kedalam gangguan jiwa yang didefinisikan disini.
Mengingat penggolongan gangguan jiwa sangat banyak,hal ini akan dibicarakan tersendiri,pada kesempatan ini akan dibicarakan gangguan yang sering di jumpai dalam praktek sehari-hari baik secara pribadi maupun di rumah sakit.
Gangguan mental organik termasuk gangguan mental simtomatik. (F00-F09)
Pada bagian ini berbagai gangguan jiwa atas dasar penyebab akibat penyakit organo biologik yang mengenai susunan saraf pusat seperti infeksi,kelainan kardiovaskuler atau adanya rudapaksa otak yang mengakibatkan disfungsi otak.
Penggunaan istilah “organik” dalam gangguan ini tidak berarti gangguan yang lain dalam penggolongan ini bersifat non organik(dalam arti kata tidak ada dasar patologi otak/gangguan neurotransmitter).
Dalam konteks dewasa ini istilah organik bahwa sindroma yang berkaitan dengan gangguan atau penyakit sistemik atau otak secara bebas dapat didiagnosa.
Onset dari gangguan ini secara teoritik dapatterjadi pada semua umur,kecuali masa anak-anak,namun dalam praktek klinik cenderung berawal pada masa dewasa
Atau lanjut usia,beberapa gangguan bersifat irreversibel dan progresif.
Gangguan ini bersifat primer bila langsung mengenai otak atau sekunder akibat penyakit lainnya diluar otak(dikenal juga sebagai gangguan “simtomatik’),sedangkan gangguan otak akibat alkohol atau zat addiktif tidak termasuk dalam golongan ini.
Gambaran klinis dari gangguan ini membentuk dua kelompok utama:
1.Pertama berupa sindroma dengan gambaran utamanya yang menonjol adalah:
gangguan fungsi kogitif seperti daya ingat,daya belajar atau ganguan sensorium seperti gangguan kesadaran atau perhatian.
2.Kedua berupa sindroma yang menonjol adalah gangguan persepsi seperti
halusinasi,isi pikiran (waham),suasana perasaan(depresi,gembira,cemas)
atau pola umum dari kepribadiannya atau perilakunya sedangkan disfungsi kognitif dan sensoriknya amat minimal atau sukar dipastikan.


1.DEMENSIA.
Demensia merupakan sindroma pada penyakit otak yang bersifat kronis dan progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur(“fungsi kortikal”) termasuk daya ingat,daya pikir,daya belajar,daya orientasi,daya pemahaman baik dalam berhitung dan berbahasa serta kemampuan menilai.
Kesadaran dalam hal ini dapat dikatakan baik”tidak berkabut”,biasanya disertai dengan fungsi kognitif dan ada kalanya diawali dengan kemerosotan dalam pengendalian emosi,perilaku sosial atau motivasi.
Sindroma terjadi pada penyakit Alzheimer,penyakit serebrovaskuler dan kondisi lain secara primer atau sekunder mengenai otak.
Dalam menilai demensia perlu diperhatikan adanya tanda-tanda pengenal yang positif palsu seperti;faktor emosional dan motivasional yang menurun sebagai penyebab dari kegagalan untuk berkarya terutama pada gangguan depresi.
Demensia umumnya menunjukkan penurunan fungsi inteletual yang cukup besar yang mengganggu kegiatan seseorang dalam kehidupan sehari-hari seperti mandi,berpakaian,makan,kebersihan diri buang air kecil dan besar.
Klasifikasi dementia :
Demensia pada penyakit Alzheimer
Demnsia Vaskuler.
Demensia pada penyakit Pick
Demensia pada penyakit Hutington
Demensia pada penyakti Parkinson.
Demensia pada penyakit HIV dan lain sebagainya.

Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat Psikoaktif.( F10-F19)
Pada gangguan mental dan perilaku blok ini bervariasi luas dan berbeda keparahannya;dari intoksikasi tanpa komplikasi dan penggunaan yang merugikan sampai psikotik yang jelas dan demensia,tetapi semua itu disebabkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif dengan atau tanpa resep dari dokter.
Jenis gangguan yang didapatkan dalam blok ini:
B.I.Intoksikasi akut.
B.II.Penggunaan yang merugikan.
B.III.Sindroma ketergantungan.
B.IV.Keadaan putus zat.
B.V.Gangguan Psikotik.
B.I.Intoksikasi Akut.
Intoksikasi akut merupakan suatu kondisi yang timbul akibat menggunakan alkohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan:kesadaran,fungsi kognitif,persepsi,afek(atau“perilaku”) dan fungsi psikofisiologik lainnya.
Pedoman diagnostk.
a.Berkaitan dengan takaran alkohol atau zat psioaktif,kecuali pada mereka yang mengalami gangguan hati atau ginjal.
b.Tidak termasuk didalamnya saat sosialisasi(pesta) atau upacara keagamaan)
c.Intoksikasi merupakan fenomena peralihan,akan normal kembali bila tidak menggunakan zat tersebut.
d.Gejala intoksikasi;gangguan kesadaran,intelek,perasaan,agitatif,depresif
dan lain sebaginya.
B.II.Penggunaan yang merugikan.
Pedoman diagnostik:
Nyata mengganggu kesehatan jiwa atau fisik.
Sering dikecam oleh pihak lain seringkali disertai berbagai konsekwensi sosial yang tidak diinginkan.
B.III.Sindroma ketergantungan.
Merupakan kelompok fenomena fisiologis maupun psikologis(perilaku,
kognitif),untuk menggunakan suatu zat atau golongan zat tertentu
yang mendapat prioritas lebih tinggi,ketimbang yang lainnya.
Misalnya: lebih baik tidak makan dari pada tidak menggunakan zat?
Memperbanyak pola penggunaan zat psikoaktif misalnya kecenderungan minum alkohol pada hari kerja,ketimbang akhir minggu,dengan mengabaikan larangan sosial.
Gambaran utama yang khas:keinginan yang sangat kuat menggunakan zat psikoaktif atau tembakau,biasanya ditemukan ketika berusaha untuk menghentikan atau mengatasi penggunaan zat.

Pedoman diagnostik:
Diagnosa pasti bila ditemukan tiga atau lebih kriteria dibawah ini,dialami dalam masa setahun sebelumnya.
a.adanya dorongan keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa(kompulsif) untuk menggunakan zat.
b.Kesulitan dalam mengendalikan perilaku penggunaan zat sejak awal,usaha
penghentian atau tingkat penggunaannya.
c.keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian penggunaan zat atau pengurangan,terbuti orang tersebut menggunakan zat atau golongan zat
yang sejenis untuk mengurangi menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus zat.
d.adanya bukti toleransi,peningkatan dosis dari sebelumnya untuk mendapat efek yang sama,khususnya pada alkohol dan opiat.
e.secara progresif mengabaikan alternatif menikmati kesenangan karena menggunakan zat psikoaktif lain,meningkatnya waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau pulih dari akibatnya.
f.terus menggunakan zat meskipun menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatan,seperti gangguan fungsi hati atau depresi.

Keadaan putus zat.
Kedaan putus zat merupakan sekelompok gejala yang terjadi pada penghentian pemberian zat,setelah penggunaan trus menerus dalam jangka panjang dan atau dosis tinggi.
Onset dan perjalanan penyakitnya tergantung jenis zat dan dosis yang digunakan.
Dapat disertai dengan komplikasi kejang-kejang.
Pedoman diagnostik.
Ø Keadaan putus zat sebagai diagnosa utama bila merupakan alasan rujukan dan cukup parah sehingga memerlukan perhatian medik.
Ø Gangguan psikologis:anxietas,depresi dan gangguan tidur,merupakan gambaran umum.
Ø Keadaan akan mereda bila menggunakan zat diteruskan.
Diagnosa keadaan putus zat:
Ø Keadaan putus zat dengan konvulsi atau tanpa konvulsi.
Ø Keadaan putus zat dengan delirium
B.V.Keadaan putus zat Gangguan Psikotik.
Fenomena ini merupakan sekelompok gejala psikotik selama atau segera setelah penggunaan zat ditandai oleh halusinasi nyata, khas gejala-gejala halusinasi auditorik,kekeliruan identifikasi,waham dan atau gagasan yang menyangkut diri sendiri(seing bersifat paranoid atau kejaran).

C E M A S.
Kecemasan(anxiety) ini merupakan gejala klinis yang sering terjadi dalam psikiatri,demikian juga dengan gejala depresi,dimana kedua gangguan ini sering nampak dalam pelayanan kesehatan dasar.
Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua individu;yaitu suatu perasaan ketakutan yang menyeluruh,tidak menyenangkan bersifat samar-samar,seringkali disertai gejala-gejala otonomik(seperti nyeri kepala,jantung berdebar,gangguan lambung ringan,maupun berkeringat ).
Seorang yang cemas mungkin merasa gelisah,tidak bisa duduk atau
berdiri lama,dan gejalanya cenderung bervariasi antara individu yang satu ke individu lainnya lainnya.
Pada pemeriksaan pasien dengan gejala klinis kecemasan perlu kita ingat apakah hal itu merupakan kecemasan yang primer,atau sekunder dari gangguan lainnya seperti gangguan depresi,obsesi atau fobia,atau merupakan suatu kecemasan yang normal.
Kecemasan sekunder biasanya bersifat ringan dan tak berlangsung lama,kecemasan itu akan hilang bila gangguan yang menyertainya hilang.
Kecemasan yang normal biasanya akan terjadi pada anak-anak berpisah dengan orang tuanya,anak-anak pertama masuk sekolah,dan bagi siapa saja yang merenungkan atau mengalami penyakit.
Sehingga dapat dikatakan kecemasan normal adalah suatu kecemasan yang timbul akibat pertumbuhan;perubahan;dan mengalami pengalaman baru,dan sifat kecemasan tersebut mempunyai intensitas yang ringan dan durasinya tidak lama.
Sedangkan kecemasan patologis adalah respons individu yang tidak sesuai dengan stimulus yang ada,disamping itu mempunyai sifat intensitas yang berat serta berlangsung dalam waktu lama.
Batasan kecemasan.
Kecemasan adalah suatu perasaan yang difus,tidak menyenangkan dan bersifat samar-samar,seringkali disertai gejala otonomik seperti nyeri kepala,
berkeringat,palpitasi,dada tertekan dan nyeri lambung ringan,disertai ketidak mampuan untuk berdiri dan duduk dalam waktu lama.
Penyebabnya biasanya tak jelas,dan merupakan konflik internal.
Kecemasan dibedakan dengan perasaan ketakutan,dimana;ketakutan
merupakan suatu respon individu akan ancaman yang diketahui jelas dan bersifat eksternal(dari luar individu),datangnya tiba-tiba dan membahayakan.
Pada dasarnya kedua hal tersebut merupakan reaksi emosi yang sama,dan dianggap sinyal atau pertanda/peringatan.
Kecemasan memperingatkan akan adanya bahaya internal maupun
eksternal,dan memiliki kualitas penyelamatan hidup,sehingga dapat dikatakan
sebagai fungsi adaptif,agar seseorang melakukan suatu tindakan tertentu untuk mencegah terjadinya kejadian yang tidak diinginkan.
Penyebab kecemasan patologis.
Beberapa konsep teori sebagai penyebab kecemasan patologis:

1. Teori psikoanalitik:
i. Kecemasan id atau impuls berhubungan dengan ketidak nyamanan primitif(dorongan kehendak yang tidak terpuaskan).
ii. Kecemasan perpisahan ketakutan akan kehilangan cinta dan
ditelantarkan oleh kedua orang tuanya.
iii. Kecemasan kastrasi pada masa oedipal(fantasi kastrasi pada masa oedipal).
iv. Kecemasan superego,akibat langsung dari perkembangan akhir superego datangnya latensi pra oedipal.
2. Teori perilaku/teori belajar:
i. Kecemasan merupakan respon yang dibiasakan terhadap stimuli lingkungan yang spesifik.
ii. Meniru respons kecemasan orang tuanya.(teori belajar sosial)
3. Dalam pendekatan kognitif kecemasan yang nonfobik merupakan pola
berpikir yang salah terdistorsi atau tidak produktif.
4. Teori ekstensial;
Menyadari adanya kehampaan yang menonjol dalam dirinya,perasaan yang lebih mengganggu daripada penerimaan kematian yang tidak dapat dihindari.
5. Teori biologis;
Perkembangan teori neuropsikiatrik saat ini,merupakan suatu konsep pikiran yang menyatakan bahwa perubahan biologis dapat diukur pada pasien dengan gangguan kecemasan akibat konflik psikologis.
Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan berdasarkan penelitian pada binatang dan respons obat anti depresan adalah norepinefrin,serotonin dan gama aminobutyric acid(GABA).
Dari penelitian pencitraan otak pada kecemasan yang spesifik adanya temuan abnormal pada hemisphere kanan,tetapi tidak pada hemisphere kiri.
Hal ini menunjukkan suatu asimetris hemisphere serebral mungkin menunjukkan hal yang penting dalam perkembangan gangguan kecemasan.
Dari hasil pemeriksaan dengan emisi positron tomografi(PET),emisi foton tunggal(SPECT) dan elektroencephalografi pada gangguan kecemasan dilaporkan adanya kelainan didaerah korteks frontalis,oksipitalis dan temporalis.
Gangguan kecemasan.
Gambaran esensiel dari gangguan ini adanya anxietas yang menyeluruh dan bertahan lama.
Gejala dominan sangat bervariasi,tetapi adanya keluhan yang lazimnya sering dijumpai adalah:tegang berkepanjangan,gemetaran,ketegangan otot,berkeringat,kepala terasa ringan,palpitasi dan keluhan epigastrik.
Keluhan yang sering diungkapkan adalah ketakutan dirinya atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau kecelakaan dalam waktu dekat.
Gangguan ini lazimnya terjadi pada wanita dan seringkali berkaitan adanya stress lingkungan yang kronis.
Perjalanan penyakitnya bervariasi tetapi cenderung berfluktuasi dan kronis.
Pedoman diagnostik:
1. Penderita harus menujukkan gejala-gejala anxietas primer,berlangsung hampir setiap hari dan berlangsung beberapa minggu bahkan bulan.
2. Kecemasan akan masa depan,kuatir akan bernasib buruk.
3. Adanya ketegangan motorik(sakit kepala,tidak dapat santai tremor dan sebagainya).
4. Overaktivitas otonomik(kepala terasa ringan,berkeringat,
takhikardia,takhipnea,mulut kering,keluhan epigastrium dan sebagainya)
Dalam kelompok gangguan anxietas ini kita mengenal adanya gangguan-gangguan:
1. Anxietas Fobik:anxietas dicetuskan bila ada situasi atau obyek yang jelas dari luar individu itu sendiri yang secara umum tidak membahayakan.
a. Agora fobia:
b. Fobia sosial.
c. Fobia khas:
d. Anxietas kondisi medik umum.

Pada tahun 1980 D.S.M.III(Diagnostic and Statistical Manual of mental disorders)mengenalkan kategori diagnostic baru,yang sebelumnya dikategorikan sebagai neurosis kecemasan,yang sekarang disebut: G.A.D(Generalized Anxiety Disorder) atau Gangguan Kecemasan Umum,yang merupakan suatu kesatuan diagnostic terpisah..
Gangguan kecemasan Umum.
Kriteria Diagnostik(D.S.M.IV).
A.Kecemasan atau kekuatiran yang berlebih tentang sejumlah kejadian atau aktivitas seperti pekerjaan atau prestasi sekolah yang sekurang-kurangnya berlangsung selama 6 bulan atau lebih.
B.Orang merasa sulit mengendalikan perilakunya.
C.Kecemasan daan kekuatiran disertai paling sedikit tiga atau lebih dari gejala ini:
1.Kegelisahan atau perasaan bersemangat .
2.Merasa mudah lelah.
3.Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong.
4.Irritabilitas.
5.ketegangan otot.
6.Gangguan tidur.
D.Fokus kecemasan dan kekuatiran tidak terfokus pada aksis I.misalnya bukan karena serangan panic,atau malu dipublik atau merasa terkontaminasi dan tidak terjadi semata-mata karena stress pasca traumatic.
E.Kecemasan atau kakuatiran atau gejala fisik menyebabkan penderitaan bermakna secara klinis atau gangguan pada fungsi social,pekerjaan,atau fungsi lainnya yang penting.
F.Gangguan bukan karena effek fisiologis langsung suatu zat atau gangguan lainnya.
Gambaran klinis kecemasan umum.
Gejala klinis utama adalah:kecemasan,ketegangan motorik hiperaktivitas otonomik,disertai kewaspadaan kognitif.
Sifat kecemasan berlebih sehingga menganggu aspek lain dari kehidupan pasien.
Ketegangan motorik bermanifestasi gemetaran,nyeri kepala,
Hiperaktivitas sering bermanifestasi dalam sesak napas,keringat berlebihan,palpitasi,dan berbagai gejala gastrointestinal,seperti mual,nyei epigastrium dan lain sebagainya.
Manifestasi kognitif sering nampak pada kewaspadaan yang berlebih,mudah tersinggung,serta mudah terkejut.

Gangguan kecemasan karena kondisi medik.
Gangguan kecemasan karena kondisi medik umum sebagai sindroma kecemasan organik,merupakan gangguan mental organik yang berhubungan dengan gangguan atau kondisi fisik.
Epidemiologi.
Gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medik umum sering ditemukan,dengan insiden gangguan bervariasi untuk masing-masing kondisi medik.
Umumnya mereka jarang berobat karena kecemasannya,walaupun kita ketahui bahwa kecemasan akan memperlambat penyembuhan dari gangguan mediknya.
ETIOLOGI.
Pebagai kondisi medik dapat menyebabkan gangguan kecemasan seperti:
hipertiroidism,hipotiroidism,hipoparatiroidism dan defisiensi vit B12.
Pada feokromositoma dimana menghasilkan epinephrine berlebihan dapat menyebabkan kecemasan paroksimal,sedangkan pada hipoglikemi,sindroma karsinoid,kegananasan sistemik dapat memberikan gejala menyerupai kecemasan.
Dilaporkan juga post encephalitis dan lesi tertentu pada otak dapat
menimbulkan kecemasan.
Gangguan panic dapat ditimbulkan akibat arritmia kordis,mekanisme terjadinya akibat gangguan fisiologik sistim adrenergic,dan effek sistim serotonin.
Gambaran klinis.
Sebagai klinisi harus menaruh kecurigaan terutama pada pada gangguan kecemasan yang kronis atau paroksismal,yang biasanya disertai penyakit fisik sebagai penyebab gangguan tersebut.
Sindroma yang mirip dengan gangguan panic adalah gambaran klinik yang sering ditemukan
KRITERIA DIAGNOSTIK UNTUK GANGGUAN KECEMASAN KARENA KONDISI MEDIK:
A.Kecemasan yang menonjol,serangan panic atau obsesi kompulsi yang mengusai gambaran klinis.
B.Terdapat bukti-bukti ada riwayat penyakit,pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium bahwa gangguan akibat fisiologis langsung dari kondisi medis.
C.Gangguan tidak dapat diterangkan oleh gangguan mental lainnya(misalnya gangguan penyesuaian dengan kecemasan;dimana stressor adalah suatu kondisi medis umum yang serius.)
D.Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu delirium.
E.Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gngguan dalam fungsi social,pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
Sebutkan jika:
Dengan kecemasan umum:
Jika kecemasan atau rasa kuatir yang berlebihan tentang sejumlah kejadian atau aktivasi menguasai gambaran klinis.
Dengan serangan panic;jika serangan panic mengusai gambaran klinis.
Dengan gejala obsesi –kompulsif;jika obsesi atau kompulsif menguasai gambaran klinis.

GANGGUAN PANIK.
Ditandai dengan adanya serangan panik yang spontan dan tidak diperkirakan,
merupakan periode kecemasan dan ketakutan yang kuat dan relative singkat(biasanya kurang dari satu tahun)ditandai yang disertai oelh gejala somatik tertentu seperti palpitasi dan tahipnoea.
Gangguan panik sering disertai dengan agoraphobia(ketakutan berada sendiri ditempat-tempat umum seperti supermarket) .
Dilihat dari sejarah istilah gangguan panik berasal dari jantung irritable,yang ditemukan oleh Jacob Mendes Da Costa,Disebut sebagai sindroma Da costa.
Epidemiologi:
Dari penelitian di Amerika serikat untuk prevalensi seumur hidup untuk gangguan panik
Adalah 1,5 sampai 3 persen dan untuk serangan panik adalah 3 sampai 4 persen.
Wanita dua sampai tiga kali lebih sering terkena dari pada laki-laki.
Gangguan paling sering pada dewasa muda,namun dapat juga berkembang pada setiap usia.
Etiologi.


A.Faktor biologis:
Patofisiologi gangguan panic dan Agorafobia adnya disregulasi sistim sarf perifer dan pusat.
Salah satu konsep penyebab gangguan adalah terjadinya kelainan biologis didalam struktur dan fungsi jaringan otak,dimana sistim neurotransmitter utama yang terlibat adalah:
noepinephrine,serotonin dan gamma aminobutyric acid(GABA).
Yang keseluruhan penelitian memusatkan diri pada batang otak,khususnya noradrenergik di locus sereleus dan serotonin di nucleus raphe medialis.
Sistim limbik bertanggung jawab terjadinya kecemasan terlebih dahulu dikenal sebagai anticipatory anxiety dan korteks pre frontalis bertenggung jawab untuk terjadinya penghindaran fobik.
Pencitraan otak.
Pada penelitian pencitraan otak secara structural,M.R.I(magnetic resonance imaging),pada pasien gangguan panic menunjukkan patologi di lobus temporalis khususnya hypocampus.
Pada pecitraan otak fungsional P.E.T.(positron emission tomography) menunjukkan adanya deregulasi aliran darah serebral;vasokonstriksi serebral yang menyebabkan menyebabkan gejala susunan saraf pusat seprti pening,dan gejala sistim saraf perifer disebabkan oleh hiperventilasi dan hipokapnia.
B.Faktor Genetik.
Pada penelitian ditemukan bahwa factor genetic mempunyai resiko empat sampai delapan kali lipat pada sanak saudara sederajat.
C.Faaktor Psikososial.
Teori kognitif perilaku,kecemasan merupakan suatu respon yang dipelajari baik dari modeling orang tua atau melalui pembiasaan klasik.
. Kriteria diagnostic serangan panik.(table dari DSM-IV).
Catatan :
Suatu periode tertentu adanya rasa takut atau tidak nyaman,dimana empat atau lebih gejala-gejala dibawah ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 10 menit.
1.Palpitasi,jantung berdebar dengan kuat,atau kecepatan bertambah cepat.
2.berkeringat.
3.gemetar atau bergoncang.
4.Rasa sesak napas atau tertahan.
5.perasaan tercekik.
6.nyeri dada atau perasaan tak nyaman.
7.mual atau gangguan perut.
8.perasaan pusing,goyang atau melayang atau pingsan.
9. derealisasi(perasaan tidak realitas)atau depersonalisasi(bukan merasa dirinya)
10.ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila.
11.rasa takut mati.
12.parestesi(mati rasa atau sensasi geli)
13.menggigil atau perasaan panas.
Kriteria gangguan panik tanpa Agora fobia.
A.Baik (1) dan (2).
1.serangan panic rekuren yang tidak diharapkan.
2.sekurang-kurangnya satu serangan telah diikuti oleh sekurang-kurangnya 1 bulan
Atau lebih berikut ini:
a.kekuatiran menetap akan mengalami serangan tambahan.
b.ketakutan tentang arti serangan atau atau akibatnya.
Misalnya kehilang kendali,menjadi gila atau menderita serangan jantung.
c.perubahan prilaku bermakna berhubungan dengan serangan.
B.tidak terdapat agoraphobia.
C.serangan panic bukan karena effk fisiologis langsung dari zat(misalnya obat yang dissalah gunakan,atau medikasi atau dari kondisi medis umum misalnya hipertiroidism.
D.serangan panic bukan disebabkan oleh gangguan mental lain(fobia spesifik,situasi social yang ditakuti,gangguan stress pasca traumatic,gangguan obsesi kompulsi,.

Kriteria untuk Agorafobia.
Catatan:Diagnosa yang dituliskan adalah gangguan panik dengan agoraphobia,atau agora fobia tanpa riwayat panik.)
A.Kecemasan berada di suatu tempat atau situasi dimana kemungkinan sulit
meloloskan diri(atau malu) atau dimana mungkin tidak mendapat pertolongan bila terjadi serangan panik atau gejala mirip panik yang tidak diharapkan atau disebabkan oleh situasi.
Rasa takut agorafobik biasnya mengenai kumpulan situasi karakteristik misalnya:diluar rumah sendirian,berada ditempat ramai atau berdiri di sebuah barisan,berada diatas
jembatan atau bepergian dengan bus atau kereta atau mobil
Catatan:diagnosa fobia spesifik jika penghindaran adalah terbatas pada satu atau hanya beberapa situasi spesifik,atau fobia social jika terbatas pada situasi social.
B.Situasi yang dihindari(misalnya jarang bepergian)atau jika dilakukan dengan penderitaan yang jelas atau dengan kecemasan akan mendapatkan serangan panic atau gejala mirip panic atau perlu diddampingi teman.
C.Kecemasan atau gangguan fobik bukan akibat gangguan mental lain.





Gangguan Obsesif-kompulsif.
Ciri utama gangguan ini adalah pikiran obsesif atau tindakan kompulsif(tindakan berulang-ulang).
Pikiran obsesif adalah gagasan,bayangan pikiran atau impuls yang timbul dalam pikran individu secara berulang-ulang,umumnya mengganggu dan seringkali mecoba menghilangkannya namun tak berhasil.
Bayangan atau pikiran tersebut biasanya hal-hal yang negatif misalnya berupa pikiran-pikiran kekerasan atau pikiran-pikiran yang kotor atau merupakan hal yang sepele.
Tindakan kompulsif adalah suatu tindakan stereotipik,berulang-ulang,walaupun tidak menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan seringkali tidak disadari individu,bila disadari individu tidak biasa mencegahnya.
Biasanya walaupun disadari individu gerakan tersebut tidak ada manfaatnya,dan berusaha berulang kali untuk menentangnya namun tidak berhasil,pada kasus kronis,resistensi sudah menjadi minimal.
Meskipun seringkali terlihat gejala otonomik dari anxietas,bisa juga merupakan perasaan tertekan dan tegang,tanpa disertai gejala otonomik yang jelas.
Ada kaitan erat antara obsesional dan depresi,individu dengan gejala obsei kompulsif seringkali menunjukkan gejala depresi dan sebaliknya pasien dengan gangguan depresif dapat mengembangkan pikiran-pikiran obsesional.
Secara epidemiologis pikiran gangguan obsesi-kompulsif umumnya seimbang antara laki-laki dan wanita,dan seringkali dilator belakngi oelh pikiran anakastik yang menonjol.
Onset biasanya pada masa anak-anak dan dewasa muda.
Perjalanan penyakit penyakitnya cenderung menjadi kronis bila tidak ada gejala depresi yang nyata.
Pedoman diagnostik.
Untuk menegakkan diagnosis pasti,gejala-gejala obsesional dan tindakan kompulsif harus ada sumber distress atau gangguan aktivitas.Gejala-gejala obsesional mempunyai cirri-ciri:
1.Harus dikenal atau disadari impuls dari individu sendiri.
2.Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak bisa dilawan,meskipun ada lainnya yang tidak lagi dillawan penderita.
3.Pikiran untuk melaksanakan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberikan kepusan atau kesenangan.(sekedar perasaan lega dari ketegangan atau perasaan anxietas tidak dianggap sebagai kesenangan.)
4.Pikiran,bayangan atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan.

Reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian.
Kategori gangguan dalam kelompok ini dikenal selain atas dasar gejala-gejala gangguan klinis dan perjalanan penyakitnya ,harus ada salah satu dari kedua faktor pencetus ini :
Ø stress berat yang akan mengakibatkan gangguan stress akut pada siapa saja yang menerimanya atau
Ø adanya perubahan dalam kehidupan yang secara emosional menimbulkan perasaan tidak nyaman yang berkelanjutan yang berakibat suatu gangguan penyesuaian.

Reaksi stres akut.
Reaksi stres akut merupakan respons terhadap terhadap stres fisik maupun mental yang berat seperti bencana alam,kecelakaan,peperangan,tindakan perkosaan atau kriminal lainnya yang mengancam jiwa seseorang) atau suatu perubahan mendadak,tanpa adanya gangguan jiwa lain.
Pedoman diagnostik:
Ø Harus adanya kaitan waktu yang langsung dan jelas antara terjadinya stresor dan reaksi individu(bisa langsung atau setelah beberapa menit atau jam.).
Ø Gambaran gejala pada permulaannya terpaku(daze),kemudian akan tampak gejala sebagai berikut;depresi,kemarahan,kekecewaan,over active dan tindakan penarikan diri akan tetapi tidak satupun dari gejala tersebut mendominasi dalam waktu lama.
Ø Gejala-gejala dapat menghilang dengan cepat,paling lama setelah 24-48 jam.




Gangguan penyesuaian.
Gangguan penyesuaian merupakan suatu gangguan yang timbul pada situasi-situasi stres yang subyektif dan gangguan emosional biasanya mengganggu kinerja dan fungsi sosial individu.
Predisposisi atau kerentanan individu dalam hal ini lebih berperan.
Onset biasanya satu bulan setelah terjadinya peristiwa yang merupakan stresor.
Gejala-gejala yang timbul bervariasi dari depresi,kecemasan disertai disabilitas dalam mengerjakan pekerjaan rutin,dan lamanya gejala tidak lebih dari enam bulan.

Gangguan stres pascatraumatik.
Supaya pasien dapat diklasifikasikan dalam gangguan ini,mereka harus mengalami stresor yang besar yang akan traumatik bagi setiap orang yang mengalaminya seperti;trauma peperangan,bencana alam,penyerangan,perkosaan dan kecelakaan yang serius.
Psikopatologi:
1. Pengalaman kembali trauma melalui mimpi atau pikiran yang membangunkan trauma tersebut.
2. Penghindaran yang persisten terhadap trauma dan penumpulan respons.
3. Adanya kesadaran yang berlebih terhadap stress.
4. Gejala-gejala timbul pada selama dua hari sampai empat minggu.



Epidemiologi.
Prevalensi seumur hidup dan umumnya 1 sampaai 3 prosen dari populasi akan mengalami,dan 5 sampai 15 prosen akan mengalami gejala-gejala subklinis
Gangguan ini bisa terjadi pada semua umur,namun paling menonjol pada dewasa muda,traumanya bisa berupa peperangan,bencana alam,penyerangan atau perkosaan.
ETIOLOGI:
Diperlukan adanya stresor yang akan menjadi traumatik bagi setiap individu.
Faktor prediposisi:
1. adanya trauma masa anak-anak.
2. gangguan kepribadian.
3. sistim pendukung yang kurang.
4. kerentanan konstitusional.
5. kehidupan yang penuh stress.
Konsep psikodnamika:
Kognitif teori:
Secara kognitif yang bersangkutan tidak mampu memproses atau merasionalisasikan masalah yang dihadapinya.Dalam pola pikirnya terbentuk suatu konsep mengenai trauma tersebut yang menakutkan.

Psikoanalitik: mengaktivasi konflik psikologik yang sebelumnya diam.

DIAGNOSA:
Kriteria diagnosa gangguan stress pasca traumatik(DSMIV).
A.Orang terpapar dengan kejadian traumatik sebagai berikut:
1. Orang mengalami,menyaksikan atau dihadapkan dengan trauma yang mengancam kehidupan .
2. Respons orang tersebut merasa takut yang sangat kuat atau meras tak berdaya.
B.Kejadian traumatik tersebut secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih melalui cara berikut :
Terjadinya pengingatan kembali dari trauma tersebut melalui proses pikir,bayangan atau persepsi.
Mimpi berulang tentang kejadian trauma tersebut.
Berperilaku atau merasa kejadian traumatik berulang kembali.
Reaktivasi psikologis internal atau eksternal saat terpapar dengan kejadian,menyimbolkan.
Penderitaan psikologis kuat.
C.Penghindaran stimulus yang persisten berhubungan dengan trauma,seperti:
Usaha untuk menghindari pikiran,persepsi atau percakapan yang berhubungan dengan trauma.
Usaha untuk menghindari aktivitas,tempat atau orang yang menyadarkan rekoleksi dengan trauma.
tidak mampu untuk mengingat aspek penting dari trauma.
perasaan terlpas atau asing dari orang lain.
rentang afek yang terbatas.
perasaan bahwa masa depan menjadi pendek.
D.Adanya gejala menetap seperti:
kesulitan tidur.
adanya irritabilitas.
sulit konsentrasi.
kewaspadaan berlebihan.
respon kejut yang berlebihan.
E.Lamanya gangguan lebih dari satu bulan.
F.Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna,fungsi sosial,pekerjaan atau fungsi lainnya.

Onset merupakan tenggang waktu dari adanya penyebab sampai timbul gejala-gejala klinis.
Onset dikatakan akut lamanya kurang 3 bulan;subakut lamanyaantara 3-6 bulan dan kronis lebih dari enam bulan.


Stress
Apa yang dimaksud dengan stress?
Pengertian stress adalah suatu bentuk ketegangan yang mempengaruhi alat-alat tubuh,bila ketegangan tersebut masih dapat ditolerir disebut eustres,sedangkan bila tidak dapat ditolerir disebut distress yang, menimbulkan perubahan baik perilaku maupun fisik.
Penyebab dari stress dikenal dengan istilah stressor yang berupa situasi atau kondisi tertentu baik fisik maupun psikologik.
Stresor fisik seperti;polusi udara,kebisingan atau segala sesuatu yang ditangkap pancaindera dengan kwalitas maupun kwantitas melebihi ambang.
Stresor psikis seperti dorongan kehendak yang tak terpenuhi,imaginasi tertentu yang menakutkan dan lain sebagainya.
Pada dasarnya stresor ini merupakan suatu perubahan situasi.
Dalam kehidupan stresor tak dapat dihindarkan,yang menjadi masalah ialah bagaimana kita dapat hidup dengan stresor tanpa adanya distress.
Proses terjadinya stress,bila kita menghadapi suatu perubahan fisik maupun psikis,sadar atau tidak tubuh akan mengadakan antisipasi,selama terjadi antisipasi tersebut terjadi suatu perubahan pada sistim saraf,sistim hormonal,sistim pencernaan,dan sistim kardiovaskuler.
Antisipasi ini bisa berhasil dan tak berhasil.
Berdasarkan antisipasi tersebut kita mengenal beberapa tahapan dari stress;
Tahap I:
Adalah suatu situasi dimana ia merasa mempunyai kemampuan yang meningkat,pancaindera menjadi lebih tajam serta semangat yang meningkat,yang biasanya bisa belangsung berbulan- bulan sampai satu dua tahun,tahapan ini biasanya menyenangkan namun tanpa disadarinya bahwa enersinya mulai mengurang.
Tahap II:
Dalam tahap ini enersi psikis maupun fisik mulai berkurang.
Dalam tahapan ini biasanya hal-hal yang menyenangkan mulai hilang dan timbul keluhan- keluhan karena cadangan enersi mulai tak cukup lagi untuk sepanjang hari dan keluhan yang sering dikemukakan adalah:
§ Merasa letih saat bangun pagi.
§ Merasa lelah sesudah makan siang.
§ Atau merasa lelah menjelang sore hari.
§ Terkadang adanya gangguan dalan sistim pencernaan,berupa diarrhea ringan,perut kembung,atau disertai jantung yang berdebar.
Tahap ke III.,gejala-gejala menjadi lebih menonjol:
§ sakit perut,mules sering ingin kebelakang.
§ Otot-otot terasa lebih tegang.
§ Perasaan tegang semakin meningkat.
§ Biasanya disertai adanya gangguan dalam tidur.
§ Badan terasa oyong dengan perasaan mau pingsan.
Tahap ke IV.
Tahapan ini menunjukkan keadaab yang lebih buruk lagi yang ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut:
§ Untuk bertahan sepanjang hari terasa sulit.
§ Kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit.
§ Kehilangan kemampuan untuk menaggapi situasi,pergaulan social dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.
§ Tidur makin sukar.
§ Kemampuan konsentrasi menurun tajam.
§ Perasaan takut dan cemas yang sulit dijelaskan sebabnya.

Tahap ke V.
Tahap ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahap ke IV:
§ Keletihan yang mendalam.
§ Untuk pekerjaan yang sederhana saja kurang mampu.
§ Perasaan taku menjadi panic.
Tahap ke VI.
Tahapan ini biasanya merupakan tahapan puncak,gejala-gejala:
§ Debaran jantung terasa amat keras
§ Napas menjadi sesak dan megap-megap.
§ Badan gemetar,tubuh dingin keringat bercucuran.
§ Kadang-kadang terjadi pingsan.
Tak jarang pada tahapan yang bersangkutan dibawa ke unit gawat darurat.
Bila kita lihat secara menyeluruh tahapan-tahapan ini menunjukkan gejala-gejala psikis dan fisik,dimana dibidang fisik berupa kelelahan dan dibidang psikis berupa depresi dan kecemasan..
Gangguan Somatoform
Manifestasi gangguan psikiatri umumnya menunjukkan gejala-gejala badaniah,seperti pada gangguan panik nampak tremor,palpitasi dan hyperpnea.;pada depresi adanya konstipasi,mulut kering disertai berat badan menurun.
Secara umum hal ini diketahui pasien dan dokternya bahwa gejala-gejala badaniah dan psikologik ini selalu berdampingan,yang kadang-kadang menyulitkan proses diagnosa.Apakah gangguan fisik atau gangguan psikiatrik yang utama?
Dalam hal ini perlu kita ingat bila pasien telah datang berulang-ulang dengan keluhan badaniah apalagi telah mengunjungi beberapa dokter,bergantian untuk konsultasi dan pengobatan,maka perlu dipikirkan faktor mental emosional memegang peran yang dominan.
Pada kelompok gangguan ini umumnya gejala somatik(berbagai organ tubuh)cukup serius, namun tidak ditemukan penjelasan medik yang jelas,tetapi mengakibatkan penderitaan pasien serta mempengaruhi peran sosial dan pekerjaannya.
Dalam gangguan somatoform ini kita mengenal:
1. Gangguan somatisasi.
2. Gangguan konversi.
3. Gangguan nyeri.
4. Gangguan hipokhondriasis.
5. Gangguan dismorphic tubuh.
Dan juga adanya gangguan residual yang tidak spesifik :
1. Gangguan somatoform yang tidak tergolongkan.
2. Gangguan somatoform tak spesifik.
Gambaran klinik utama:
1. Keluhan somatik yang serius namun tidak adanya gejala klinis atau laboratoris yang adekwat.
2. Faktor mental emosional dan konflik memegang peranan dalam terjadinya onset,eksaserbasi dan berlanjutnya gangguan tersebut.
3. Gejala dan gangguan kesehatan ini tidak disadari oleh pasien.
Oleh karena pasien yakin bahwa ia mengalami suatu gangguan fisik yang serious.
Gangguan ini tidak termasuk gangguan buatan atau pura-pura(malingenering)
Pada pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak ditemukan gangguan yang bermakna sesuai keluhannya.
Gangguan somatisasi.
Ø Adanya riwayat mengeluh sakit organ-organ tubuh yang multiple selama kurang lebih 2 th,tanpa adannya gejala klinis atau laboratories yang bermakna.Seandainya pada pemeriksaan klinis ditemukan adanya kelainan fisik,biasanya keluhannya tidak sebanding dengan berat ringannya gangguan tersebut dan tak ada kaitannya dengan keadaan yang sebenarnya.
Ø Karena preokupasi terhadap gejalanya,pasien mengalami distress dan cenderung mencari pertolongan terhadap dokter spesialis(tiga atau lebih)
Bila pasien tak mempunyai biaya atau tidak adanya pelayanan medik,
Ia akan berusaha mencari pertolongan yang bersifat non medik.
Ø Pasien tidak akan menerima keterangan atau nasihat yang diberikan oleh dokternya, bahwa ia tidak mengalami penyakit walaupun hasil pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan hasil yang menunjang kearah penyakit tersebut.Atau hanya menerima sementara,beberapa minggu kemudian ia akan mengalami gejala penyakit tersebut.
Ø Paling sedikit harus mengeluh adanya 6 gejala atau lebih dari daftar berikut:
A.Gejala gastrointestinal:
(1) abdominal pain;
(2) nausea;
(3) perut kembung penuh udara;
(4) rasa tak nyaman dalam mulut,atau lidah terasa tebal;
(5) Keluhan muntah dan regurgitasi makanan.;
(6) Mengeluh sering buang air besar atau pergerakan usus berlebih dan keluar lendir dari anus
B.Gejala kardiovaskuler:
(7)kesulitan bernafas tanpa adanya kegiatan fisik.
(pengerahan tenaga).
(8) nyeri dada;
C.Genitourinary symptoms
(9)tidak nyaman saat b.a.k atau menegluh sering b.a.k ;
(10) Sensai yang kurang nyaman sekitar genita.;
(11)Mengeluh keluarnya cairan dari vagina;
D.Skin and pain symptoms
(12) bisul-bisul kecil dan perubahan warna kulit.;
(13)Nyeri tungkai bawah,ekstrimitas atau persendian;
(14)perasaan numbness or tingling sensations.
E.Gejala tersebut tidak terjadi gangguan skizofrenia atau yang berkaitan,pada gangguan affektif,atau gangguan panik.
Gangguan somatoform yangtidak tergolongkan.
A.Ditemukan kriteriaA,C,dan E untuk gangguan somatisasi.dan durasi dari penyakitnya paling sedikit berlangsung enam bulan.
B. Salah satu dari kriteria B dan D untuk gangguan ditemukan tidak lengkap.

Gangguan hipokondriasis.
Arti hipokhondrium adalah:dibawah tulang rusuk,hipokondriasis mencerminkan keluhan dibawah tulang rusuk yakni daerah abdomen.
Penyebab gangguan hipokondriasis adalah akibat interpretasi penderita yang tidak realistik dan akurat terhadap gejala atau sensasi fisik,hal ini mengakibatkan preokupasi dan ketakutan mereka menderita penyakit yang serius.
Preokupasi ini menyebabkan penderitaan yang bermakna bagi pasien sehingga terganggunya kemampuan pasien dalam hubungan interpersonal,
sosial maupun pekerjaannya
Epidemiologi:
Dari penelitian ditemukan 4 sampai 6 persen pada populasi medik umum,
Laki-laki dan wanita sama banyaknya dan onset gejala bisa terjadi pada segala usia,onset paling sering adalah umur 20-30 tahun.
Posisi sosial,tingkat pendidikan dan status perkawinan tidak mempengaruhi diagnosa.
Etiologi:
Penyebab hipokondriasi menurut D.S.M IV adalah misinterpretasi gejala-gejala dalam tubuh.
Orang-orang yang hipokondriakal sensasi somatiknya dibesar-besarkan atau ditingkatkan,mereka memiliki ambang toleransi yang lebih rendah dibandingkan pada umumnya.
Misalnya pada orang yang normal merasakan tekanan dalam abdomen,tetapi pada orang hipokondriakal dirasakan sebagai rasa nyeri,hal ini
diakibatkan karena sensasi kognitif yang salah.
Menurut konsep belajar sosial;hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan peranan sakit sebagai seseorang yang menghadapai masalah yang berat atau tidak dapat dipecahkan.
Peranan sakit ini menawarkan suatu jalan keluar mengingat pasien yang sakit dibiarkan menghindari kewajibannya.
Konsep lain mengatkan bahwa hipokondriasis ini merupakan variasi dari gangguan mental lainnya seperti depresi atau kecemasan.
Dari segi psikodinamika ;dikatakan bahwa harapan agresif terhadap orang lain di represi atau dialihkan kepada keluhan fisik.
Kemarahan pasien hipokondriakal adalah akibat kekecewaan,kehilangan dan penolakan dimasa lalu,tetapi pasien mengekspresikan masa kini kepada orang lain dengan meminta pertolongan dan perhatian.
Diagnosa:
A.Salah satu dari hal ini harus ada:
1. Keyakinan yang menetap adanya satu atau dua penyakit fisik yang serius,paling sedikit telah berlangsung selama lima bulan.
2. Keyakinan yang menetap bahwa tubuhnya terjadi deformitas atau tak serasi.
B.Adanya preokupasi bahwa gejalanya mengakibatkan stress atau menganggu aktivitas sehari-hari dimana pasien mempunyai kecenderungan untuk mencari pertolongan secara medik.
C.Secara persisten ia menolak keterangan dokternya baha yang bersangkutan tidak memiliki gangguan kesehatan,atau dalam jangka pendek ia menerima keterangan tersebut misalnya untuk beberapa minggu.
D.Gejala tersebut bukn diakibatkan oleh skizofrenia atau gangguan lainnya.
Gangguan somatoform dengan disfungsi sistim otonomik.
A.Pasien mengeluh serangan sisitim otonom seperti:
1. sistim kardiovaskuler.
2. Sistim gastrointestinal bagian atas(oesophagus atau lambung)
3. Sistim gastrointestinal bawah.
4. sistim pernapasan.
5. sistim saluran kemih.


B.Harus ada dua gejala atau lebih dari sistim otonomik dibawah ini:
1. palpitasi.
2. Berkeringat.
3. mulut kering
4. muka kemerah-merahan.
5. rasa tidak nyaman di epigastrium.
C.Harus ada satu atau lebih tanda-tanda klinik dibawah ini:
1. Nyeri dada atau rasa tak nyaman sekitar pericardium.
2. sesak napas atau hyperventilasi.
3. aktivitas fisik ringan mengakibatkan kelelahan berlebih.
4. hiccough,kembung didaerah epigastrik.
5. peristaltik usus berlebihan.
6. sering b.a.k nyeri saat b.a.k.
7. terasa kembung atau teregang.
D.Tidak adanya gangguan organ yang sesuai dengan yang dikeluhkan pasien.


Gangguan nyeri somatoform yang menetap.
A.Adanya rasa nyeri yang berlangsung paling sedikit enam bulan dan berlangsung tiap hari tanpa adanya kelainan fisiologik atau organik.
B.Gangguan ini bukan akibat gangguan skizofrenia,atau selama serangan gangguan affektif.
Gangguan konversi.
Definisi:
Gangguan konversi merupakan suatu gangguan pada fungsi organ tubuh yang tidak sesuai dengan anatomi atau fisiologi dari organ tersebut,yang secara kharakteristik disebabkan oleh stres atau ketegangan.
EPIDEMIOLOGY.
Insiden tahunan,adalah 22 orang dari 100.000 penduduk,wanita :laki-laki 2:1
Umumnya dicetuskan oleh mereka yang mengalami gangguan neurologis seperti stroke.
ETIOLOGY
Biological Factors:
1. hipofungsi pada sistim hemisper yang dominan
2. hyperaktif pada hemisfer non dominan bersifat disfungsi.
3. hubungan yang abnormal antara kedua hemispher.
Diagnosa dan gambaran klinis
Gambaran klinis yang paling sering adalah kelumpuhan,mutism dan kebutaan.
Gangguan ini paling sering berhubungan dengan kepribadian:dependen,antisosial,pasif agresif dan histrionik.Seringkali adanya komorbiditas dengan depresi dan gangguan kecemasan dan mempunyai risiko untuk bunuh diri.
Gejala klinis yang sering timbul biasanya berupa:
Gangguan sensorik berupa anastesia dan parestesia sering ditemukan khususnya pada anggota gerak,biasanya tidak konsisten dan tidak sesuaidengan penyakit neurologis central maupun perifer.
Dapat ditemukan anestesia glove dan stocking atau hemiestesi tubuh yang mulai dibagian tengah.
Mungkin juga pada indera spesifik ketulian,kebutaan dan penglihatan terowongan,bisa bersifat unilateral atau bilateral.
Pada kebutaan reaksi pupil normal,dapat berjalan keliling tanpa tertabrak.
Gejala motorik,kelainan pergerakan,cara berjalan,kelemahan dan paralisis.
Paresis dan paralisis pada salah satu atau kedua ektrimitas,distribusi tidak sesuai dengan jalur neural.Refleks normal tidak nampak fasikulasi atau atropi.
Gejala kejang,sulit dibedakan dengan kejang asli,refleks pupil dan batuk dipertahankan setelah kejang semu.
Ciri lain
DSM-IV.Kriteria Diagnosa gangguan Konversi.
A.Adanya satu atau lebih gejala neurologik seperti kelainan motorik atau sensoris.
B.Adanya faktor psikologik seperti konflik atau stresor,yang diduga mengakibatkan timbulnya gangguan tersebut.
C.Bukan diakibatkan karena malingenering.
D.Gejala klinis klinik yang timbul tidak serasi dengan kondisi medik yang ada,dan bukan akibat zat-zat tertentu.
E.Gejala klinik tersebut mengakibatkan penderitaan,atau disfungsi sosial,pekerjaan atau bagian lainnya.
F.Gejala klinik tidak terbatas pada gejala seksual atau rasa nyeri,dan bukan disebabkan oleh gangguan mental lainnya.
Gejala gejala spesifik :
Gangguan motorik;Gangguan sensoris
Dengan kejang-kejang atau kombinasi antaranya.

GANGGUAN SKIZOFRENIA,GANGGUAN SKIZOTIPAL DAN GANGGUAN WAHAM.

GANGGUAN SKIZOFRENIA.
Skizofrenia sejauh ini merupaka penyakit yang sulit dimengerti,ditandai dengan tingkatan gejala yang kharakteristik,yang kadangkala sulit dinilai.
Umumnya berkembang saat adolesen dan dewasa muda.
Nama schizofrenia berasal dari bahasa Yunani,”kata schizo” berarti terpecah dan phrenos yang berarti jiwa,nama ini dipilih menggambarkan terjadinya hubungan yang buruk antara proses pikir dan fungsi jiwa lainnya seperti emosi dan perilaku.
Pada beberapa individu terjadinya skizofrenia;dimulai dengan “early psikosis”(psikosa) atau dikenal dengan stadium prodromal gambaran utamanya:
· Gangguan tidur.
· Gangguan napsu makan.
· Perilaku yang tidak pada biasanya.
· Alam perasaan terhadap orang lain menjadi datar atau tidak konsisten.
· Pembicaraannya sulit dimengerti
· Preokupasi terhadap gagasan yang tidak biasa.
· Idea of reference:berpikir bahwa orang ditelevisi/orang lain bicara langsung padanya.
· Perasaan tidak realitas.
· Adanya perubahan dalam cara berpikir,suara dan lain sebagainya.
Namun pada beberapa dengan adanya gejala-gejala psikosa ini belum tentu selanjutnya menjadi skizofrenia.
Dalam perjalanan penyakit selanjutnya gejala dikelompokkan dalam tiga kategori:
Gejala positip,negatip dan kognitif.
Gejala positif:
· Halusinasi.:mendengar suara tanpa ujud,atau bisikan-bisikan yang kadang-kadang bersifat mengancam atau menakutkan,mengomentari perilakunya,maupun mengalami sensasi tertentu pada tubuhnya
· Disorganisasi proses berpikir.Pikirannya atau pembicaraan terpecah-pecah dan tidak masuk akal,inkoherent.
· Waham:bersifat aneh.

Gejala negatif:
· Kurangnya motivasi atau apatis;individu tersebut nampak malas oleh karena tidak ada enrsi atau minat terhadap kehidupan.
Ia nampaknya harus berjuang untuk melakukan aktivitas sehari-hari,seperti bangun dari tempat tidur atau mandi dan tidak mampu melakukan hal lainnya selain berbaring ditempat tidur.
· Affect blunted/datar:Individu tersebut merasakan dan memperlihatkan pesona yang datar/tanpa ekspresi,ia dapat menerima kasih sayang namun tidak bisa mengekpresikannya keluar.Gejala akan nampak lebih jelas dengan presivitas penyakit.
· Depresi: Walaupun depresi tidak selalu berkaitan dengan skizofrenia,kadang-kadang merupakan simtom dari gangguan ini.Individu merasakan putus asa dan tak berdaya dan merasakan masalah kehidupan tidak disenangi dan hubungannya dihancurkan.Perasaan demikian sangat menyakitkan dan mempunyai kecenderungan untuk bunuh diri.
· Social withdrawal:Individu akan menarik diri dari lingkungan dan kawan-kawannya karena berbagai alasan,ia merasa aman bila sendiri.
· Miskin bicara dan pikiran:Pasien bicara sedikit dan lupa apa yang dikatakannya.
· Perilaku katatonik:Individu memperlihatkan postur yang tidak biasa dan dipertahankan dalam waktu yang lama.Duduk dalam posisi tertentu dan lama.

Gejala kognitif:
· Sulit memberikan perhatian bangu lama.dak biasa dan dipertahankan dalam waktu yNG
· Kesulitan mengingat
· Kesulitan konsentrasi
Individu mudah dialihkan,dan sulit mengingat bila membaca atau melihat program televisi.
Bila individu mengalami pengalaman seperti gejala-gejala negatif,positif atau kognitif diduga megalami skizofrenia.



Kriteria diagnostik skizofrenia :
A.Gejala karakteristik : Ada dua atau lebih dari gejala dibawah ini,dalam periode kira-kira satu bulan atau kurang bila diobati secara tepat:.
1. waham.
2. Halusinasi.
3.Kekacauan dalam pembicaraan.(sering keluar jalur,atau inkoherensi)
4.Perilaku disorganisasi atau perilaku katatonik.
5.Gejala negative(affek datar,alogia, avolition)
Catatan:Hanya satu gejala kriteria A; bila adanya waham yang bizarre,atau halusinasi yang selalu mengomentari perilaku pasien atau pola pikir pasien pasien atau dua/lebih suara yang berdiskusi satu sama lainnya.
B.Disfungsi sosial dan pekerjaan.:
Hal ini merupakan gejala yang bermakna terutama selama onset dari gangguan tersebut.
salah satu dari fungsi diatas apakah pekerjaan,hubungan interpersonal atau perawatan diri.bila onset terjadi pada masa anak-anak atau adolescen,ia akan gagal dalam mencapai tingkat kemampuan hubungan interpersonal,akademi atau pekerjaan.
C.Durasi gejala:
Tanda-tanda klinis gangguan tersebut paling sedikit menetap selama enam bulan terus menerus.
Dalam periode enam bulan ini:selama satu bulan adanya gejala A;termasuk gejala-gejala prodromal atau residual.
Selama gejala prodromal atau residual ini:
Harus ada manifest gejala negative saja,atau ada dua gejala dari criteria A,
dalam bentuk waham yang bizarre atau pengalaman persepsi yang tidak seperti biasanya.
D.Dalam differensial diagnosa untuk menyingkirkan gangguan skizoaffektif dan gangguan alam perasaan dengan gambaran psikotik:
Selama fase aktif tidak ada gejala-gejala mayor depresi atau campuran atau
Bila ada gejala alam perasaan selama fase aktif durasinya relative pendek dari masa aktif atau residual.
E.Disingkirkan gangguan kondisi akibat zat atau akibat kondisi medik umum .
Dimana gangguan yang terjadi bukan di akibatkan oleh karena penyalah gunaan zat atau karena kondisi medik umumnya.
F.Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive.
Jika ada riwayat gangguan autistic atau gangguan pervasive lainnya.
Skizofrenia terdiri beberapa tipe,tiap tipe ditentukan oleh gejala klinis mana yang menonjol selama durasi serangan gangguan tersebut.

A.Type disorgnanisasi(295.10 Disorganized Type):
Pada type ini ditemukan gejala yang menonjol:
1. Pembicaraan kacau.
2. Perilaku kacau,tidak menurut etika yag berlaku,tidak disiplin,tidak memperhatikan hak-hak orang lain dan tidak sesuai realitas.
3. Affek inappropriate(tidak sesuai);perasaan tidak sesuai lingkungan,atau dengan apa yang dipikirkannya misalnya menceritakan hal sedih dengan tertawa.
B.Type katatonik.( 295.20 Catatonic Type)
Type ini gambaran kliniknya didominasi oleh paling sedikit dua gejala dibawah ini:
1.Psikomotor tidak bergerak,katalepsi,termasuk didalamnya fleksibilitas cerea,atau stupor.
2.Aktivitas motorik banyak tanpa tujuan dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan luar.
3.Negativistik yang ekstrim(resisten terhadap semua intruksi.atau mempertahankan posisi tertentu yang untuk individu normal sulit,dan pergerakan kaku bila diusahakan untuk bergerak atau mutism(tidak berbicara sama sekali,kadang pakai bahasa badan.)
4.Pergerakan kharakteristik yang aneh,pergerakan stereotipis.
5. echolalia or echopraxia.

C.type paranoid.(295.30 Paranoid Type.)
1. Gejala dominan preokupasi terhadap waham atau halusinasi dengar sering.
2. Pembicaraan,perilaku atau affek biasanya relatif baik.



D. Gangguan skizofreniform.295.40(Schizophreniform Disorder).
Ditemukannya kriteria skizofrenia:
1. Waham,halusinasi dan lain sebagainya.
2. disfungsi sosial.
3. Episode masa prodromal,aktif dan residual berlangsung antara satu bulan dan paling lama enam bulan.
4. Prognosa akan baik bila ada dua atau lebih hal-hal berikut::
a. Onset psikotik dalam waktu 4 minggu.
b. Kebingungan terjadi pada episode paling maksimal.
c. Premorbid:fungsi sosial dan pekerjaan baik.
d. Tidak ada affek yang datar.
E.Type residual.295.60(Residual Type).
Merupakan salah satu type skizofrenia dengan kriteria:
A. Tidak adanya:Waham,halusinasi,pembicaraan kacau dan gejala katatonik.
B. Adanya gejala negatif seperti keyakinan yang aneh,pengalaman yang tidak seperti biasanya.
F.Type yang tak tergolongkan.295.90(Undifferentiated Type).
Merupakan type skizofrenia dimana tidak ditemukan gejala seperti pada type lainnya;S.Paranoid,S.disorganisasi atau S.kataton.








G.Tipe skizoaffektif.295.70(schizoaffective Disorder)
A.Dalam satu periode penyakit adanya episode gejala-gejala khusus seperti episode depresi,satu episode manik atau episode campuran,dengan ditemukannya kriteria untuk skizofrenia.
Catatan:Episode depresi mayor harus adanya kriteria diagnosa untuk depresi mayor.
B.Dalam satu periode penyakit yang sama, harus adanya gejala waham dan halusinasi yang berlangsung selama dua minggu tanpa adanya gejala affek depresi.
C.Gejala untuk gangguan mayor depresi,terdapat pada periode aktif dan periode residual.
D.Gangguan tersebut bukan diakibatkan langsung oleh karena obat-obat/zat(seperti penyalahan gunaan zat,pengobatan)atau karena kondisi medik umum.



GANGGUAN SUASANA PERASAAN(Mood/Afektif).
Gejala-gejala yang umumnya terdapat pada Gangguan Depresif
(Mayor Depresive disorder).
Afektif:
1. Perasaan sedih dan tak berguna atau rasa bersalah.
2. Hilangnya minat pada aktivitas yang biasanya menyenangkan pasien.
3. Sulit untuk mengambil keputusan(perasaan bimbang)
4. Agitasi / iritable.
Psikomotor:
1. Aktivitas kurang.
2. Merasa tidak berdaya.
3. Lesu letih dan lelah.
4. Sulit tidur.
Kognisi:
1. Berkurangnya kreativitas/gagasan.
2. Konsentrasi kurang.
3. Adanya gagasan bunuh diri.
4. Kurangnya selera makan,
5. Libido menurun.
6. Pandangan masa depan suram.

Catatan:
Rekurensi terjadi dengan adanya perubahan dari depresi atau adanya interval paling sedikit dua bulan tanpa adanya gejala manik.
Episode campuran:
Kriteria episode campuran; jika adanya kriteria untuk manik ,campuran atau episode
mayor depresi dengan keadaan klinik ringan,sedang tanpa gambaran psikotik atau berat dengan gambaran psikotik.
Kriteria diagosa gangguan Depresi major 296.3X Episode berulang.
(Major Depressive Disorder,Recurrent)
A.adanya dua episode atau lebih episode depresi major dengan catatan adanya episode yang terpisah, dengan interval 2 bulan.
B.Episode depresi major bukan merupakan gangguan skizoaffektif,dan tidak didominasi oleh gejala-gejala skizofrenia,gangguan waham menetap,atau gangguan psikotik yang tida spesifk.
C.Tidak adanya episode manik; atau episde campuran atau episode hipomanik, dengan catatan bila gejala diatas disebabkan oleh karena akibat langsung dari effek fisiologik karena kodisi medik umum.

Kriteria Diagnostik Gangguan Bipolar I(296.40),kebanyakan episode hypomanik.
A.Saat ini dalam episode hypomanik.
B.Sebelumnya paling sedikit adanya satu kali episode manik atau episode campuran.
C.Gejala-gejala afektif secara klinis mengakibatkan distress atau menganggu dalam interaksi sosial,pekerjaan atau fungsi sebagai individu.
D.Episode gangguan afektif dalam kriteria A dan B bukan merupakan gangguan skizoaffektif,atau ditumpangi gejala-gejala skizofrenia,gangguan waham,gangguan psikotik yang tdak spesifik.










IX.K e p u s t a k a a n.
1.Berbagai sumber.
2.DSM-IV-TR.
3..Kaplan &Sadock’s,Comprehensive Textbook of Psychiatry.Seventh edition.
4.Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Di Indonesia.
Depertemen kesehatan R.I.
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.1993.